Page 259 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 259

Seperti dektahui, dalam UU Cipta Kerja pasal mengenai hak cuti pekerja tertuang dalam Pasal
              79 Bab Ketenagakerjaan, namun tidak ada penjelasan lebih rinci terkait cuti haid dan cuti hamil.
              Adapun dalam pasal 79 ayat 1 disebutkan bahwa pengusaha wajib memberikan waktu istirahat
              dan cuti. Selanjutnya, waktu istirahat wajib diberikan paling sedikit meliputi istirahat antara jam
              kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama empat jam terus menerus, dan waktu
              istirahat tidak termasuk jam kerja dan istirahat mingguan sebanyak 1 hari untuk enam hari kerja
              dalam satu minggu.

              Sedangkan  untuk  cuti  wajib  tahunan  wajib  diberikan  paling  sedikitnya  12  hari  kerja  setelah
              pekerja tersebut bekerja selama 12 bulan atau satu tahun.

              Ciptakan Lapangan Kerja

              Airlangga mengatakan, pengesahan RUU Cipta Kerja akan berdampak positif dapat men-ciptakan
              lapangan  pekerjaan.  Menurut  dia,  salah  satu  cara  untuk  menyediakan  lapangan  pekerjaan
              sebanyak-banyaknya adalah dengan menarik investasi baik dalam maupun luar negeri. Namun
              permasalahan yang seringkali ditemui adalah masih banyak aturan yang tumpang tindih dan
              mempersulit.

              "Tantangan  terbesar  adalah  bagaimana  kita  mampu  menyediakan  lapangan  kerja  dengan
              banyaknya aturan dan regulasi atau hiper regulasi," tuturnya.

              Ia mengatakan, melalui UU Omnibsulaw Cipta Kerja maka dapat menjadi solusi, karena UU ini
              dapat menghapus, menyederhanakan UU yang mempersulit investasi.

              "Kita  memerlukan  penyederhanaan  sinkronisasi  dan  pemangkasan  regulasi  dan  untuk  itulah
              diperlukan Undang-Undang  Cipta Kerja yang mengubah atau merevisi beberapa undang-undang
              yangmeng-hambat  pencapaian  tujuan dan  penciptaan  lapangan  kerja.  UU  tersebut  sekaligus
              sebagai instrumen dan penyederhanaan serta peningkatan efektivitas birokrasi," jelasnya.

              Lebih  lanjut,  ia  mengatakan,  dalam  Pidato  Presiden  Joko  Widodo  menyampaikan  bahwa
              Indonesia memiliki potensi untuk dapat keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah
              dengan adanya bonus demografi.

              Namun untuk merealisasikan hal tersebut, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar. Salah
              satunya adalah bagaimana kesiapan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja.

              "Kita telah menyepakati bahwa undang-undang ini dapat memberikan manfaat kepada semua
              masyarakat, pemerintah, pekerja, pengusaha dan berbagai manfaat tersebut tertuang dalam
              rumusan 186 pasal dan 15 bab yang antara lain khusus untuk keberpihakan kepada dukungan
              usaha menengah kecil," jelasnya.

              Apalagi dalam penyusunan Undang-Undang pemerintah telah melakukan kajian yang mendalam
              dengan 64 kali rapat yang dilakukan bersama DPR dan pemerintah menjadi 11 kluster.

              "Pemerintah telah melakukan kajian yang diperlukan untuk penciptaan lapangan kerja termasuk
              mengevaluasi  undang-undang    berdasarkan  kajian  tersebut  diidentifikasikan.  Apa  yang
              diperlukan dalam Cipta Kerja dan ini mendapatkan dukungan dari fraksi-fraksi yang ada di DPR
              sehingga undang-undang terbagi menjadi 11 klaster," tuturnya.

              Lebih lanjut, Airlannga menegaskan seluruh proses pembahasan RUU Cipta Kerja sangat terbuka
              dan  dilakukan  transparan.  Pemerintah  bahkan  melibatkan  seluruh  pihak  dan  pemangku
              kepentingan untuk sama-sama melakukan pembahasan di RUU tersebut.




                                                           258
   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263   264