Page 256 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 256

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menkumham Yasonna Laoly, Mendagri Tito Karnavian,
              Menteri ESDM Arifin Tasrif, dan Menteri LHK Siti Nurbaya.
              Sebelum  mengambil  keputusan,  seluruh  fraksi  telah  menyampaikan  pandangannya  terkait
              dengan RUU tersebut, yaitu enam fraksi menyatakan setuju, satu fraksi memberikan catatan
              (Fraksi PAN), dan dua fraksi yang menyatakan menolak persetujuan RUU Ciptaker menjadi UU
              (Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi PKS). Bahkan, Partai Demokrat memutuskan walk out dari
              rapat paripurna tersebut.

              Setelah  itu,  pemerintah  memberikan  pandangannya  terkait  dengan  draf  akhir  RUU  Ciptaker
              sebelum  diambil  keputusan.  Menteri  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Airlangga  Hartarto
              mengatakan,  regulasi  tersebut  sebagai  instrumen  dan  penyederhanaan  serta  peningkatan
              efektivitas birokrasi. "Semoga undang-undang ini akan bermanfaat besar mendorong pemulihan
              ekonomi membawa Indonesia menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera," kata dia
              saat membacakan pandangan pemerintah dalam rapat paripurna DPR, Senin (5/10).

              Ia  mengatakan,  Indonesia  memiliki  potensi  untuk  dapat  keluar  dari  jebakan  negara
              berpenghasilan menengah (imiddle income trap) dengan bonus demografi yang dimiliki. Namun
              tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana pemerintah mampu menyediakan lapangan
              kerja.

              "Dengan kondisi hiper regulasi diperlukan penyederhanaan dan sinkronisasi regulasi. Oleh karena
              itu  diperlukan  Undang  Undang  Cipta  Kerja  yang  merevisi  beberapa  undang-undang  yang
              menghambat pencapaian tujuan dan penciptaan lapangan kerja," ucapnya.

              Pemerintah melakukan pengkajian dan penyusunan terhadap kebutuhan melakukan reorientasi
              melalui  ontnibus  law,  yaitu  mekanisme  yang  digunakan  untuk  mengganti  dan  mencabut
              ketentuan  undang-undang  atau  mengatur  ulang  beberapa  ketentuan  dalam  undang-undang
              dalam satu tematik.

              "Secara  praktek  omnibus  law  itu  telah  banyak  diterapkan  berbagai  negara  dengan  tujuan
              memperbaiki  regulasi  dalam  rangka  penciptaan  lapangan  pekerjaan  serta  peningkatan  iklim
              usaha untuk berusaha," kata Airlangga.

              Penyusunan  regulasi  ini  dimulai  saat  Presiden  Joko  Widodo  mengirimkan  Surat  Presiden
              R06/Pres/202/2020  tanggal  7  Februari  2020.  Di  tengah  penyusunan  RUU  Cipta  Kerja  terjadi
              pandemic  Covid-19  yang  memberikan  dampak  signifikan  kepada  ekonomi  dunia  dan
              perekonomian nasional.

              "Kita melihat bahwa regulasi yang perlu dirapikan atau diselesaikan sebelum pandemi sudah ada
              sekitar 43.600 regulasi," katanya.

              Airlangga mengatakan, dari segi daya saing Indonesia masih tertinggal dengan sejumlah negara
              di Asia Tenggara. Demikian juga masyarakat yang tertinggal atau tidak bekerja dan juga terkait
              dengan angkatan kerja yang belum mendapatkan perlindungan baik itu untuk UMKM maupun
              koperasi.

              Airlangga mengatakan, dalam regulasi ini juga diatur tentang insentif dan kemudahan dalam
              bentuk fiskal. Dalam rangka untuk memulai usaha dengan mengacu kepada bidang-bidang yang
              diprioritaskan oleh pemerintah dan juga untuk perlindungan hukum dengan penerapan ultimum
              remedium yang berkaitan dengan sanksi.

              "Dimana pelanggaran administrasi hanya keputusan sanksi administrasi tetapi pelanggaran yang
              menimbulkan keselamatan kesehatan dan lingkungan dikenakan pidana," ucap Airlangga.




                                                           255
   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261