Page 271 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 271

"Kita  memerlukan  penyederhanaan,  sinkronisasi,  dan  pemangkasan  regulasi.  Untuk  itu,
              diperlukan  UU  Cipta  Kerja  yang  merevisi  beberapa  undang-undang  yang  menghambat
              pencapaian tujuan dan penciptaan lapangan kerja. UU tersebut sekaligus sebagai instrumen dan
              penyederhanaan serta peningkatan efektivitas birokrasi," ujar Air-1 angga dalam rapat paripurna
              pengesahan RUU Cipta Kerja di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/10).

              Airlangga  menambahkan  UU  Ciptaker  akan  memprioritaskan  program  pemulihan  dan
              penanganan pandemi Covid-19.

              "Walaupun Partai Demokrat tidak ada lagi di sini, atau tidak hadir, penting kami menyatakan
              bahwa undang-undang ini yang menjadi catatan, untuk memprioritaskan, program Covid," kata
              Airlangga.

              Terkait persoalan pentingnya UU Cipta Kerja merespons kondisi perekonomian akibat dampak
              Covid-19,  ia  mengatakan  bahwa  pemerintah  sudah  merespons  dengan  terbitkan  Peraturan
              Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2020. Perpres itu terkait pembentukan Komite Penanganan
              Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

              Sudah Transparan

              Airlangga juga menegaskan, proses pembahasan RUU Cipta Kerja sudah transparan terhadap
              publik. Terkait isu perlindungan dan kepastian hak bagi pekerja buruh, Airlangga mengaku sudah
              mengakomodasi kepentingan buruh.

              Menurut  dia,  dengan  adanya  UU  Ciptaker,  negara  hadir  dalam  bentuk  hubungan  industrial
              Pancasila. "Yang mengutamakan hubungan tripatrit antara pemerintah, pekerja, dan pengusaha
              dengan dikeluarkannya jaminan, JKP atau jaminan kehilangan pekerjaan," ujar dia.

              Airlangga  juga  memastikan,  konsepsi  perlindungan,  keselamatan,  keamanan,  dan  kesehatan
              lingkungan menjadi perhatian utama dalam klaster sumber daya alam di RUU Ciptaker.

              Sementara  itu,  Partai  Demokrat  dengan  tegas  menolak  pengesahan  RUU  Ciptaker  menjadi
              undang-undang dan meminta pemerintah untuk fokus dalam penanganan pandemi Covid-19.
              Fraksi Partai Demokrat memutuskan walk out dari rapat paripurna.

              "Kami Fraksi Partai Demokrat menyatakan walk out dan tidak bertanggung jawab," kata anggota
              DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Benny K Harman, dalam Rapat Paripurna.

              UU Cipta Kerja telah mengubah ketentuan terkait kebijakan pengupahan. Perubahan ketentuan
              itu terlihat dari perbedaan jumlah kebijakan terkait pengupahan dari sebelas kebijakan pada UU
              Nomor 13 Tahun 2003 menjadi tujuh kebijakan pada RUU Cipta Kerja.  ers/Ant/P-4

              Target RUU Cipta Kerja terhadap Struktur Ekonomi Penciptaan lapangan kerja sebanyak 2,7-3
              Juta/tahun.  Peningkatan  kompetensi  pencari  kerja  dan  kesejahteraan  pekerja.  Peningkatan
              produktivitas pekerja, yang berpengaruh pada peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi.

              Peningkatan  investasi  sebesar  6,6-7,0  persen  untuk  membangun  usaha  baru  atau
              mengembangkan usaha existing yang akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan
              kesejahteraan pekerja.

              Pemberdayaan UMKM dan koperasi yang mendukung peningkatan kontribusi UMKM terhadap
              POB menjadi 65 persen dan peningkatan kontribusi koperasi terhadap PDB menjadi 5,5 persen.






                                                           270
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276