Page 463 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 463

"(UU Ciptaker) Tidak kenal cuti karena haid atau keguguran, karena hanya menyebutkan cuti
              tahunan atau cuti panjang lainnya yang diatur dalam kerja," kata Kurniawaty di Jakarta, Senin
              (5/10).

              Lebih  lanjut,  Arieska  menegaskan,  penolakan  terhadap  UU  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  perlu
              disuarakan. Langkah semisal mogok massal bisa berpengaruh besar.

              "Sehingga  penting  bagi  kita  berkonsolidasi  menyuarakan  penolakan  dan  memang  kita  harus
              mogok because if we stop the world stop," tandasnya.

              Sebelumnya,  Menteri  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Airlangga  Hartarto  mengklaim,  RUU
              Cipta Kerja (Ciptaker) atau Omnibus Law, yang baru saja disahkan oleh DPR, tetap melindungi
              tenaga kerja yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK).

              Salah satunya dengan tetap memberikan pesangon melalui jaminan kehilangan pekerjaan (JKP).
              "Justru dengan UU ini (Ciptaker), negara hadir dalam bentuk hubungan industrial Pancasila yang
              mengutamakan  hubungan  tripatrit  antara  pemerintah,  pekerja,  dan  pengusaha  dengan
              dikeluarkannya JKP," ungkap Airlangga dalam Rapat Paripurna DPR, Senayan, Jakarta, Senin
              (5/10).

              Ia  mengatakan  JKP  tak  akan  menghilangkan  manfaat  yang  diberikan  dari  program  jaminan
              kecelakaan kerja (JKK), jaminan hari tua (JHT), dan jaminan kematian (JK).

              JKP,  sambung  Airlangga,  juga  tak  membebani  pekerja  dan  pengusaha  untuk  membayar
              tambahan iuran setiap bulannya.(RRI).














































                                                           462
   458   459   460   461   462   463   464   465   466   467   468