Page 647 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 647

Terhadap  tujuh  hal  lainnya  buruh  Indonesia  menolak  keras  dan  tidak  menyetujui  hasil
              kesepakatan tersebut. Ketujuh isi yang telah disepakati pemerintah bersama DPR yang ditolak
              oleh buruh adalah:  Pertama  , UMK bersyarat dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota
              (UMSK) dihapus.

              Said Iqbal menegaskan bahwa buruh menolak keras kesepakatan ini, lantaran UMK tidak perlu
              bersyarat dan UMSK harus tetap ada. Dimana UMK tiap kabupaten/kota berbeda nilainya.

              Said Iqbal juga menjelaskan bahwa tidak benar jika UMK di Indonesia lebih mahal dari negara
              ASEAN lainnya.

              Hal  itu  lantaran  jika  diambil  rata-rata  nilai  UMK  secara  nasional,  justru  UMK  di  Indonesia
              disebutnya jauh lebih kecil dari upah minimum di Vietnam.

              UMSK ditegasksn harus tetap ada, dimana jalan tengahnya ialah penetapan nilai kenaikan dan
              jenis industri yang mendapatkan UMSK dilakukan di tingkat nasional untuk beberapa daerah dan
              jenis industri tertentu saja.

              Jadi UMSK tidak lagi diputuskan di tingkat daerah dan tidak semua industri mendapatkan UMSK,
              agar ada fairness.

              Sedangkan perundingan nilai UMSK dilakukan oleh asosiasi jenis industri dengan serikat pekerja
              sektoral industri di tingkat nasional.

              Di mana keputusan penetapan tersebut hanya berlaku di beberapa daerah saja dan jenis sektor
              industri tertentu saja sesuai kemampuan sektor industri tersebut.

              "Jadi tidak harus sama rata sama rasa, karena faktanya setiap industri berbeda kemampuannya.
              Karena itu masih dibutuhkan UMSK," ujar Said Iqbal.

              Kedua  , Said Iqbal menambahkan buruh menolak pengurangan nilai pesangon dari 32 bulan
              upah  menjadi  25  bulan.  Di  mana  19  bulan  dibayar  pengusaha  dan  6  bulan  dibayar  BPJS
              Ketenagakerjaan.

              Ketiga  , mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dimana disebut Said Iqbal kontrak
              seumur hidup yang tidak ada batas waktu kontrak.

              Buruh disebut Said menolak PKWT seumur hidup.

              Keempat,  yaitu Outsourcing dimana disebut Said Iqbal tanpa adanya batas jenis pekerjaan yang
              boleh di outsourcing.

              Padahal sebelumnya, outsourcing dibatasi hanya untuk 5 jenis pekerjaan. Menurut Said Iqbal,
              karyawan kontrak dan outsourcing seumur hidup menjadi masalah serius bagi buruh.

              "Sekarang saja jumlah karyawan kontrak dan outsourcing berkisar 70 % sampai 80 % dari total
              buruh yang bekerja di sektor formal.

              Dengan disahkannya omnibus law, apakah mau dibikin 5% hingga 15% saja jumlah karyawan
              tetap? No job security untuk buruh Indonesia, apa ini tujuan investasi?," tegas Said Iqbal.

              Said Iqbal mempertanyakan, siapa nantinya yang akan membayar Jaminan Kehilangan Pekerjaan
              (JKP) untuk karyawan kontrak dan outsourcing.
              Cuti Haid dan Melahirkan Hilang  Kelima  , buruh menolak jam kerja yang eksploitatif. Keenam,
              menolak hak cuti hilang dan hak upah atas cuti hilang.



                                                           646
   642   643   644   645   646   647   648   649   650   651   652