Page 285 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 SEPTEMBER 2020
P. 285

HITUNG MATANG DAMPAK UU DALAM JANGKA PANJANG

              Pembahasan  RIJIJ  Cipta  Kerja  memasuki  babak  akhir.  Namun,  sebelum  mengesahkannya
              menjadi undang undang, dampak negatif jangka panjang mesti dihitung dengan matang.

              JAKARTA,  KOMPAS  -  Pembahas-an  Rancangan  Undang-Undang  Cipta  Kerja  berlanjut  dan
              menyisakan  kluster  ketenagakerjaan.  Setelah  masalah  terkait  persaingan  usaha,  paten,  dan
              pembentukan lembaga pengelola investasi selama delapan jam, Jumat (25/9/2020), pemerintah
              dan  Dewan  Perwakilan  Rakyat  melanjutkan  pembahasan  poin-poin  inventarisasi  masalah  di
              kluster ketenagakerjaan. Hingga pukul 21.00 WIB, pembahasan belum berakhir.

              Sebelum pembahasan kluster ketenagakerjaan, DPR menggelar rapat tertutup dengan Menteri
              Ketenagakerjaan Ida Fauziyah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Hadir dalam pertemuan
              itu, unsur pimpinan DPR, pimpinan Badan Legislasi (Baleg), dan perwakilan tiap fraksi di DPR
              Anggota  Baleg  DPR,  Hendra-wan  Supratikno,  mengatakan,  dalam  pertemuan  itu,  DPR  dan
              pemerintah  berkonsolidasi  untuk  mulai  membahas  kluster  ketenagakerjaan.  "Intinya,  kami
              sepakat untuk tidak mengubah norma yang sebelumnya sudah diputuskan Mahkamah Konstitusi
              terkait Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Untuk isu lain, masih
              terbuka didiskusikan," ujarnya saat dihubungi, di Jakarta, Jumat.

              Menurut Ketua Baleg DPR Supratman Andi Agtas, pembahasan di tingkat panitia kerja sudah
              mencapai 95 persen. Beberapa aspek sudah mengalami perubahan substansial dibandingkan
              rancangan  awal  pemerintah.  "Ada  beberapa  materi  yang  muatan  awalnya  tidak  sesuai  dan
              selaras dengan UUD, termasuk perdebatan soal ke-wenangan pemerintah daerah yang tadinya
              mau ditarik ke pusat. Jadi perubahannya sudah banyak," kata Supratman.

              Terkait target waktu pengesahan, Wakil Ketua Baleg DPR Achmad Baidowi menyebutkan, hal itu
              masih  dinamis  karena  bergantung  pada  dinamika  pembahasan  di  tim  perumus  dan  tim
              sinkronisasi. Namun, sebelumnya,  DPR sempat berencana  merampungkannya sebelum masa
              reses pada pertengahan Oktober 2020.

              Tidak efektif

              Menurut  Direktur  Eksekutif  Center  of  Reform  on  Econo-mics  (Core)  Indonesia  Moham-mad
              Faisal, pengesahan RUU Cipta Kerja secara terburu-bu-ru di tengah pandemi tidak akan efektif
              memulihkan ekonomi nasional yang terdampak pandemi.

              Ia menilai, kehadiran RUU itu justru akan menjadi bumerang yang memancing resistensi publik.
              Saat ini sudah ada pihak-pihak yang menyiapkan gugatan uji materi ke Mahkamah Konstitusi.
              Kelompok pekerja/buruh juga berpotensi untuk turun ke jalan menggelar unjuk rasa.

              Dinamika yang tinggi terkait RUU Cipta Kerja juga dikhawatirkan memecah fokus penanganan
              Covid-19 dan membuat pemulihan ekonomi. 'Tidak ada investasi yang mau masuk jika kasus
              Covid-19 masih tinggi. Kalaupun ada, belum tentu membawa dampak berganda. Memang ada
              banyak  pihak  berharap  RUU  ini  segera  disahkan,  tetapi  dampak  jangka  panjangnya  harus
              diperhatikan agar tidak berbalik jadi bumerang," tutur Faisal.

              Ia menyoroti banyaknya rancangan peraturan pemerintah yang masih harus disiapkan. Namun,
              saat  ini  pemerintah  sudah  membahas  rancangan  peraturan  turunan  secara  paralel  di
              kementerian/lembaga  rna-sing-masing.  Hal  itu  dikhawatirkan  menambah  persoalan  karena
              dibahas tertutup dan ter-gesa-gesa.

              "Pembahasan  sepenting  ini  jangan  dilakukan  di  dalam  ruang  gelap  dan  mengesampingkan
              kepentingan orang banyak. Hal-hal seperti ini ke depan bisa menciptakan resistensi meskipun
              RUU ini nantinya disahkan sesuai target," katanya.


                                                           284
   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290