Page 111 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 OKTOBER 2020
P. 111

MENAKER: UU CIPTA KERJA PINTU MASUK PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyatakan bahwa Undang-Undang Cipta Kerja yang
              telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan pintu masuk pembangunan
              ketenagakerjaan di Indonesia.

              "UU Cipta Kerja itu dijadikan pintu masuk untuk membangun ketenagakerjaan di Indonesia. Kita
              punya tantangan yang tidak kecil, besar sekali," kata Ida, pada saat melakukan kunjungan kerja
              di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis.

              Ida menjelaskan, Indonesia memiliki tantangan yang cukup besar pada sektor ketenagakerjaan,
              terkait dengan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang bisa tergeser dengan penggunaan
              teknologi pada era industri 4.0. Keberadaan teknologi dalam industri 4.0 seperti saat ini, kata
              dia, bisa menggantikan tenaga kerja Indonesia, yang tidak memiliki kompetensi khususnya pada
              bidang teknologi sehingga penguatan SDM Indonesia perlu dilakukan.

              Menurut dia profil ketenagakerjaan di Indonesia, sebanyak 85 persen didominasi oleh pekerja
              dengan pendidikan akhir sekolah menengah atas (SMA) ke bawah. Dari 85 persen tersebut, 56
              persen memiliki pendidikan akhir sekolah menengah pertama (SMP) ke bawah.

              "Bahkan,  kalau  kita  bicara  SMP,  rata-rata  tidak  lulus  SMP.  Itu  profil  ketenagakerjaan  kita,"
              katanya.

              Menaker menambahkan, untuk profil pengangguran di Indonesia, didominasi oleh masyarakat
              yang  memiliki  pendidikan  lebih  tinggi.  Tercatat,  angka  pengangguran  dari  lulusan  SMA  dan
              sekolah menengah kejuruan (SMK) sebesar 12 persen.

              "Jadi yang bekerja, tingkat pendidikan rendah, sementara yang menganggur, itu memiliki tingkat
              pendidikan yang lebih baik," katanya.
              Persoalan terkait tingkat pengangguran dari masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan lebih
              tinggi  tersebut,  lanjut  Ida,  salah  satunya  disebabkan  tidak  adanya  link  and  match  atau
              penggalian kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan.

              "Ternyata  persoalannya  adalah  tidak  adanya  link  and  match  .  Jadi  SMK  atau  diploma  telah
              melaksanakan pendidikan vokasi, ternyata melahirkan sarjana atau lulusan yang tidak sesuai
              dengan kebutuhan pasar kerja," katanya.

              Menurut dia tugas yang harus dirampungkan oleh pemerintah bukan hal yang mudah karena
              menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus membangun kompetensi SDM Indonesia merupakan
              salah satu pekerjaan utama yang harus diselesaikan.

              "Lapangan kerja itu sangat kompetitif, maka pekerjaan kita adalah bagaimana kesempatan kerja
              itu kita dapatkan, dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja," katanya.

              Ia menjelaskan, dalam upaya untuk membuka lapangan kerja tersebut, menurut Presiden Joko
              Widodo, salah satu masalah yang muncul adalah banyaknya peraturan yang tumpang tindih, dan
              birokrasi yang tidak sederhana.

              Dengan kondisi tersebut, Presiden Jokowi berupaya untuk merapikan aturan main, regulasi, dan
              menyederhanakan birokrasi melalui Undang-Undang Cipta Kerja, yang disahkan oleh DPR pada
              5 Oktober 2020.

              "Yang  dilakukan  oleh  Presiden  melalui  Omnibus  Law,  mengangkut  semua  peraturan  yang
              menjadi sumbatan itu dalam sebuah bus, yang disebut Omnibus Law. Praktik ini juga dilakukan
              oleh berbagai negara," demikian Ida Fauziyah. Pewarta: Vicki Febrianto Editor: Andi Jauhary.


                                                           110
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116