Page 318 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 NOVEMBER 2020
P. 318
Sebelumnya di kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen secara
tahunan (year on year/yoy). Adapun di kuartal III ini pemerintah memproyeksi akan kembali
minus di kisaran 3 persen (yoy).
Resesi adalah penurunan signifikan kegiatan ekonomi. Suatu negara dikatakan resesi jika
pertumbuhan ekonominya, baik secara kuartalan ataupun tahunan, minus selama minimal dua
kuartal berturut-turut.
Sejumlah indikator ekonomi telah menunjukkan penurunan selama periode Juli-September tahun
ini.
Untuk lebih jelasnya, berikut beberkan sejumlah hal yang harus diketahui saat Indonesia masuk
resesi: Indikator daya beli ini salah satunya bisa dilihat dari laju indeks harga konsumen (IHK).
Selama tiga bulan berturut-turut selama Juli-September ini, IHK mencatatkan deflasi.
BPS melaporkan, Juli dan Agustus 2020 masing-masing mencatatkan deflasi 0,1 persen secara
bulanan (mtm) dan 0,05 persen (mtm). Begitu juga di September 2020 kembali mencatatkan
deflasi 0,05 persen (mtm).
Jika diakumulasikan sejak Januari-September 2020, inflasi hanya sebesar 0,89 persen secara
kalender (year to date/ytd). Ini juga jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
lalu 2,2 persen (ytd).
Jika dilihat lebih jauh untuk inflasi inti, yang paling menggambarkan masyarakat, juga mengalami
perlambatan. Di September 2020, inflasi inti hanya 0,13 persen (mtm) dan sepanjang tahun ini
sebesar 1,46 persen (ytd).
Secara tahunan, inflasi inti juga hanya 1,86 persen (yoy) di September 2020. Ini merupakan
yang terendah sepanjang BPS melakukan penghitungan inflasi inti.
Tak hanya inflasi, dilihat dari pertumbuhan kredit perbankan juga menunjukkan penurunan.
Pandemi COVID-19 juga menekan permintaan masyarakat untuk berbelanja.
Pertumbuhan kredit perbankan per September 2020 tercatat minus 0,4 persen (yoy). Angka
tersebut juga menurun bila dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang masih
tumbuh positif 0,6 persen (yoy).
Bahkan pertumbuhan kredit jauh menurun jika dibandingkan dengan September 2019 yang
tumbuh positif 8 persen (yoy).
Penurunan laju penyaluran kredit ini seiring dengan adanya perlambatan, kredit baik segmen
korporasi maupun perorangan. Penyaluran kredit korporasi tercatat minus 0,7 persen (yoy),
sedangkan kredit perorangan melambat menjadi 0,7 persen (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan kredit dipengaruhi kebutuhan kredit modal
kerja yang minus 3,1 persen (yoy) pada akhir kuartal III tahun ini. Industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran juga masih menjadi sektor penekan pertumbuhan kredit modal
kerja.
Para pencari kerja akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan. Perusahaan yang tak kuat
menanggung resesi, juga akan mengurangi jumlah karyawannya bahkan menutup usahanya.
317