Page 319 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 NOVEMBER 2020
P. 319
Sementara perusahaan yang masih mampu bertahan, diprediksi tak akan menerima karyawan
baru. Jumlah lowongan pekerjaan menurun.
Dari survei BPS yang dilakukan sejak Januari-April 2020 pada sejumlah situs lowongan kerja,
jumlah perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja menurun drastis.
Jumlah iklan lowongan kerja pada April 2020 hanya mencapai 2.439 lowongan, merosot tajam
hingga 78 persen jika dibandingkan dengan periode Maret 2020 yang mencapai 11.090
lowongan.
Sementara untuk perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja, pada periode Maret 2020
masih terdapat 502 perusahaan, sementara di April 2020 hanya 235 perusahaan. Artinya, terjadi
penurunan 53,18 persen dalam waktu satu bulan saja.
Resesi juga akan menambah angka pengangguran dan kemiskinan di Tanah Air. Pemerintah
memprediksi angka pengangguran meningkat sekitar 4 juta hingga 5,23 juta orang di tahun ini.
Sementara angka kemiskinan akan naik signifikan sekitar 3,02 juta hingga 5,71 juta orang hingga
akhir tahun.
Per 31 Juli 2020, data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengungkapkan jumlah total
pekerja formal dan informal yang terdampak pandemi COVID-19 sekitar 3,5 juta secara nasional.
Sementara untuk data yang telah disaring oleh Kemenaker dan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, pekerja terdampak COVID-19 yang terdata mencapai 2,1 juta
orang.
Setelah dilakukan pendataan lebih lanjut, ditemukan jumlah pekerja formal dan informal yang
terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 1,1 juta orang. Dengan perincian 383.685
dari sektor formal dan 630.905 dari sektor informal.
Selain itu, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin Indonesia hingga Maret 2020 sudah
mencapai 26,42 juta orang. Terdiri dari kemiskinan di daerah perkotaan sebesar 11,16 juta orang
atau 7,38 persen dan daerah perdesaan sebesar 15,26 juta orang atau 12,82 persen.
Terakhir dan terpenting yang perlu diketahui saat terjadi resesi adalah tidak panik. Sebab,
kepanikan akan membuat situasi semakin parah.
Direktur Riset Core Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut,
resesi Indonesia memang telah diprediksi sejak jauh hari. Pelaku bisnis pun telah mengambil
ancang-ancang hal ini akan terjadi.
Menurut dia, saat resesi terjadi yang harus dilakukan masyarakat adalah tetap tenang, tidak
panik, dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa.
"Masyarakat seharusnya jangan panik dalam menghadapi resesi. Jika kepanikan masyarakat
terjadi, hal ini justru memperburuk kondisi resesi," kata Piter kepada.
Dia pun kembali mengingatkan masyarakat agar tak membeli barang secara berlebihan seperti
yang terjadi di awal Maret, saat COVID-19 pertama kali masuk Indonesia. ini menurutnya akan
sangat merugikan masyarakat dan pelaku usaha.
318