Page 34 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 34

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyebut ada keanehan yang terdapat dalam UU Nomor 11
              Tahun 2020 tersebut. Selain tidak ada Pasal 5 ayat 1 yang dirujuk pada Pasal 6, anggota Badan
              Legislasi (Baleg) DPR RI Bukhori Yusuf mengatakan, semestinya sudah tidak ada perubahan lagi
              ketika undang-undang sudah di tangan presiden.

              "Tidak hanya itu sebenarnya banyak. PKS telah sandingkan naskah 812, 905, 1.187 (halaman),
              ini kan yang ditandatangani presiden naskah 1.187 (halaman) yang telah dilakukan perubahan
              oleh Setneg. Semestinya Setneg itu bukan pihak yang memiliki kewenangan untuk mengubah
              meski hanya titik koma sekalipun, tetapi kan faktanya tidak demikian," kata Bukhori.


              Sebelumnya, PKS membentuk tim pemeriksa UU Cipta Kerja. Hasilnya belum bisa dipublikasikan
              karena pada saat tim dibentuk PKS masih menunggu UU tersebut dinomorkan Presiden Joko
              Widodo. "Kita akan beri-kan suatu fakta yang kita temukan sebagai pembelajaran politik kepada
              publik agar publik tahu bahwa sesungguhnya proses pembuatan itu demikian tetapi faktanya
              terhadap UU yang sudah disahkan demikian," kata Bukhori.

              Mengenai legislative review, PKS memandang bukan suatu solusi untuk menyelesaikan masalah
              UU Cipta Kerja. "PKS belum melirik itu sebagai suatu solusi yang tepat untuk menyelesaikan
              masalah  UU  Ciptaker  karena  UU  Ciptaker  ini  bukan  sekadar  membenarkan  yang  salah  atau
              meluruskan yang salah tapi ada satu situasi yang sebenarnya publik harus tahu apakah situasi
              itu sesuai amanat UUD atau tidak, itu publik harus tahu," kata Bukhori.

              Sementara  itu,  Wakil  Sekretaris  Jenderal  Partai  Demokrat  Irwan  menyatakan  Presiden  Joko
              Widodo telah gagal mendengar serta mengabaikan aspirasi rakyat yang selama ini menyuarakan
              penolakan  lewat  (UU  Ciptaker).  Bukan  hanya  aspirasi  rakyat,  kata  Irwan,  Jokowi  pun  telah
              mengabaikan pendapat dari para tokoh agama maupun akademisi. "Pemerintah dalam hal ini
              presiden, telah gagal mendengarkan dan mengabaikan aspirasi rakyat, melalui protes buruh dan
              mahasiswa yang turun ke jalan, dan juga penolakan dari tokoh agama serta tokoh akademisi,"
              kata Irwan.

              Posisi Demokrat, dia menegaskan, tetap menolak UU Ciptaker. Dalam rapat pari- purna DPR
              yang  menyepakati  RUU  Ciptaker  jadi  undang-undang,  fraksi  Demokrat  sudah  menyatakan
              menolak lalu keluar alias walk out. Irwan menyatakan Demokrat akan tetap memperjuangkan
              aspirasi  penolakan  rakyat  sebagaimana  pesan  Ketua  Majelis  Tinggi  Partai  Demokrat  Susilo
              Bambang Yudhoyono (SBY).

              "Bagi kami, fraksi Demokrat, tentu tetap menolak Seperti pesan Bapak SBY, yang mengharapkan
              agar kader Demokrat tidak menyerah. Harus terus gigih memperjuangkan kepentingan rakyat,"
              ucap anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat itu.


              Perppu

              Sementara itu, pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bahwa
              pekerja harus lakukan beberapa langkah yg diperlukan misalnya mendesak presiden terbitkan
              Perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang) untuk menganulir UU Cipta Kerja.
              Kemudian mendorong judicial review di MK.


              "Tapi masalah ini bukan hanya buruh yang protes. Presiden harusnya menyadari bahwa untuk
              menarik investasi dari negara maju prinsip nonregresi atau tidak boleh ada kemunduran dari

                                                           33
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39