Page 464 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 464

ORGANISASI BURUH HARAP PEMERINTAH PERTIMBANGKAN KEMBALI KENAIKAN
              CUKAI TEMBAKAU
              Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) dan Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau
              Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM SPSI) berharap pemerintah
              mempertimbangkan  kembali  rencana  kenaikan  tarif  Cukai  Hasil  Tembakau  (CHT)  pada  2021
              mendatang.

              Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo meminta pemerintah
              untuk tidak menaikkan tarif CHT terutama Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang banyak menyerap
              tenaga  kerja.  "Kami  berharap  pemerintah  memberikan  perlindungan  kepada  SKT  demi
              kelangsungan hidup pekerja linting dan petani tembakau, caranya dengan tidak menaikkan tarif
              cukai SKT," ujar Budidoyo dalam pernyataan di Jakarta, Selasa.

              Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, pada 2019 serapan tenaga kerja di industri
              hasil tembakau mencapai 4,28 juta pekerja di industri manufaktur dan distribusinya serta 1,7
              juta pekerja di perkebunan tembakau.

              Di antara serapan tenaga kerja tersebut, sebagian besar bekerja sebagai buruh di sektor SKT.
              Adapun, pekerja di sektor SKT didominasi oleh perempuan sebagai buruh linting.

              Budidoyo mengatakan kondisi IHT yang tengah terpuruk akibat pandemi dan kenaikan cukai
              tahun ini menyebabkan serapan tembakau dan cengkih menurun drastis. "Turunnya produksi
              dan penjualan rokok, turut berdampak buruk pada kesejahteraan masyarakat petani tembakau
              dan cengkih serta pekerja linting rokok," katanya.

              Ia menuturkan, penurunan produksi memicu pengurangan serapan tembakau sebesar 50 ribu
              ton dari 50 ribu hektare lahan pertanian tembakau. Apalagi, sektor SKT menggunakan lebih
              banyak  tembakau  dan  cengkih  sebagai  bahan  baku  dibandingkan  rokok  mesin.  "Jika  SKT
              dibebani dengan kenaikan cukai, kemiskinan di daerah sentra industri tembakau pasti terjadi,"
              ujar Budidoyo.

              Selain itu, pada segmen rokok mesin, AMTI menolak tegas kenaikan cukai eksesif. Budidoyo
              berharap kenaikan cukai pada rokok mesin disesuaikan dengan angka inflasi alias satu digit saja.

              Sementara  itu,  Ketua  Umum  Federasi  Serikat  Pekerja  Rokok  Tembakau  Makanan  Minuman
              Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (FSP  RTMM)  Sudarto  juga  mendesak  pemerintah  untuk
              melindungi buruh atau pekerja di industri hasil tembakau dari kenaikan cukai. "Apalagi, banyak
              buruh  yang  merupakan  anggota  FSP  RTMM  yang  telah  kehilangan  pekerjaan  akibat  banyak
              pabrik rokok yang ditutup," ujar Sudarto.

              Oleh sebab itu, pihaknya meminta pemerintah lebih memperhatikan nasib para buruh rokok yang
              kebanyakan  memiliki  pendidikan  rendah  dan  keterampilan  yang  terbatas.  "Kami  berharap
              pemerintah membatalkan rencana kenaikan cukai hasil tembakau dan harga jual eceran (HJE)
              pada  2021  karena  akan  berdampak  langsung  pada  pekerja  industri  hasil  tembakau,"  kata
              Sudarto. (Antara).














                                                           463
   459   460   461   462   463   464   465   466   467   468   469