Page 467 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 467

UU No 11 Tahun 2020 menghapus Pasal 64 dan 65 UU No 13 Tahun 2003. Selain itu, juga
              menghapus  batasan  5  (lima)  jenis  pekerjaan  yang  terdapat  di  dalam  Pasal  66  yang
              memperbolehkan penggunaan tenaga kerja outsourcing hanya untuk cleaning service, catering,
              security, driver, dan jasa penunjang perminyakan.

              Dengan  tidak  adanya  batasan  terhadap  jenis  pekerjaan  yang  boleh  menggunakan  tenaga
              outsourcing, maka semua jenis pekerjaan di dalam pekerjaan utama atau pekerjaan pokok dalam
              sebuah perusahaan bisa menggunakan karyawan outsourcing.

              "Hal ini mengesankan negara melegalkan tenaga kerja diperjual belikan oleh agen penyalur.
              Padahal di dunia internasional, outsourcing disebut dengan istilah modern slavery (perbudakan
              modern)," tegasnya.

              Dengan sistem kerja outsourcing, seorang buruh tidak lagi memiliki kejelasan terhadap upah,
              jaminan kesehatan, jaminan pensiun, dan kepastian pekerjaannya. Karena dalam praktik, agen
              outsourcing sering berlepas tangan untuk bertanggungjawab terhadap masa depan pekerjanya.
              Karena agen outsourcing hanya menerima "success fee" per kepala dari tenaga kerja outsourcing
              yang digunakan oleh perusahaan pengguna (user).

              Oleh karena itu, KSPI meminta penggunaan tenaga kerja outsourcing hanya dibatasi 5 jenis
              pekerjaan saja sebagaimana diatur dalam UU No 13 Tahun 2003.

              UU No 11 tahun 2020 mengurangi nilai pesangon buruh, dari 32 bulan upah menjadi 25 upah
              (19 dibayar pengusaha dan 6 bulan melalui Jaminan Kehilangan Pekerjaan yang dibayarkan BPJS
              Ketenagakerjaan).

              Hal ini jelas merugikan buruh Indonesia, karena nilai jaminan hari tua dan jaminan pensiun buruh
              Indonesia  masih  kecil  dibandingkan  dengan  beberapa  negara  ASEAN.  Bandingkan  dengan
              Malaysia.

              "Di sana, jumlah pesangon antara 5-6 bulan upah. Tetapi nilai iuran jaminan hari tua dan pensiun
              buruh Malaysia mencapai 23 persen, sedangkan buruh Indonesia nilai JHT dan pensiunnya hanya
              8,7 persen," ujarnya.

              Akibat nilai jaminan sosial yang lebih kecil itulah, wajar jika kemudian negara melindungi buruh
              melalui skema pesangon yang lebih baik. Maka KSPI meminta nilai pesangon dikembalikan sesuai
              isi UU 13/2003.
              Sementara hal lainnya yang disoroti buruh dari UU No 11 Tahun 2020 adalah PHK menjadi mudah
              dengan  hilangnya  frasa  "batal  demi  hukum"  terhadap  PHK  yang  belum  ada  penetapan  dari
              lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

              Menurutnya, TKA buruh kasar cenderung akan mudah masuk ke Indonesia karena kewajiban
              memiliki izin tertulis menteri diubah menjadi kewajiban memiliki rencana penggunaan tenaga
              kerja asing yang sifatnya pengesahan, cuti panjang berpotensi hilang karena menggunakan frasa
              "dapat".

              Jam kerja dalam penjelasan UU No 11 Tahun 2020 memberi peluang ketidakjelasan batas waktu
              kerja, dengan sistem kerja kontrak dan outsourcing "seumur hidup" berpotensi menyebabkan
              buruh tidak mendapatkan jaminan kesehatan dan jaminan pensiun, dan beberapa sanksi pidana
              yang sebelumnya ada menjadi dihilangkan.
              Maka  KSPI  dan  KSPSI  AGN  secara  resmi  akan  mendaftarkan  gugatan  judisial  review  ke  MK
              terhadap uji materiil UU No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.



                                                           466
   462   463   464   465   466   467   468   469   470   471   472