Page 483 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 483

Ringkasan

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) secara resmi akan mendaftarkan gugatan judicial
              review ke MK terhadap uji materi UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. KSPI juga bakal
              melakukan mogok kerja buntut diundangkannya UU Cipta Kerja.



              UU CIPTA KERJA RESMI DITEKEN JOKOWI, KSPI BAKAL GUGAT KE MK PAGI INI

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) secara resmi akan mendaftarkan gugatan judicial
              review ke MK terhadap uji materi UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. KSPI juga bakal
              melakukan mogok kerja buntut diundangkannya UU Cipta Kerja.

              "Menyikapi hal itu, pagi ini KSPI dan KSPSI AGN secara resmi akan mendaftarkan gugatan judicial
              review ke MK terhadap uji materiil UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja," ujar Presiden
              KSPI Said Iqbal dalam keterangannya, Selasa (3/11/2020).

              "Kami juga menuntut DPR untuk menerbitkan legislative review terhadap UU No 11 Tahun 2020
              dan melakukan kampanye/sosialisasi tentang isi pasal UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
              yang merugikan kaum buruh tanpa melakukan hoaks atau disinformasi," imbuhnya.

              Saiq Iqbal menegaskan KSPI menolak dan meminta UU Cipta Kerja yang sudah diteken Presiden
              Jokowi itu untuk dibatalkan atau dicabut. KSPI menilai isi UU Cipta Kerja itu merugikan kaum
              buruh.

              "Setelah kami pelajari, isi undang-undang tersebut, khususnya terkait klaster ketenagakerjaan,
              hampir seluruhnya merugikan kaum buruh," kata Said Iqbal.

              KSPI menemukan poin-poin yang merugikan buruh dalam UU Cipta Kerja itu. Salah satu yang
              disorot yakni sisipan Pasal 88C ayat (1) dan Pasal 88C ayat (2) yang menyebutkan gubernur
              dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu.
              "Penggunaan  frasa  'dapat'  dalam  penetapan  upah  minimum  kabupaten/kota  (UMK)  sangat
              merugikan  buruh.  Karena  penetapan  UMK  bukan  kewajiban,  bisa  saja  gubernur  tidak
              menetapkan UMK. Hal ini akan mengakibatkan upah murah. Kita ambil contoh di Jawa Barat.
              Untuk tahun 2019, UMP Jawa Barat sebesar 1,8 juta. Sedang UMK Bekasi sebesar 4,2 juta. Jika
              hanya ditetapkan UMP, maka nilai upah minimum di Bekasi akan turun," terangnya.

              Adapun yang disorot perihal batas waktu kontrak dalam Pasal 59 UU No 13 Tahun 2003. Said
              Iqbal  menilai  aturan  itu  membuat  pengusaha  bisa  mengontrak  berulang-ulang  dan  terus-
              menerus  tanpa  batas  periode  menggunakan  PKWT  atau  karyawan.  Termasuk  sistem
              outsourcing, pesangon, hingga PHK juga disorot oleh KSPI.

              "Dengan demikian, PKWT (karyawan kontrak) bisa diberlakukan seumur hidup tanpa pernah
              diangkat menjadi PKWTT (karyawan tetap). Hal ini berarti, tidak ada job security atau kepastian
              bekerja," jelas dia.

              "Padahal dalam UU No 13 Tahun 2003, PKWT atau karyawan kontrak batas waktu kontraknya
              dibatasi maksimal 5 tahun dan maksimal 3 periode kontrak. Dengan demikian, setelah menjalani
              kontrak  maksimal  5  tahun,  maka  karyawan  kontrak  mempunyai  harapan  diangkat  menjadi
              karyawan  tetap  atau  permanen  apabila  mempunyai  kinerja  yang  baik  dan  perusahaan  tetap
              berjalan. Tetapi, UU 11 Tahun 2020 menghilangkan kesempatan dan harapan tersebut," imbuh
              Said.

              Seperti diketahui, UU Cipta Kerja resmi diundangkan dengan mendapat UU Nomor 11 Tahun
              2020.
                                                           482
   478   479   480   481   482   483   484   485   486   487   488