Page 61 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 NOVEMBER 2020
P. 61

"Selama ini, LSP 1 yang ada di PTV masih banyak yang bersifat okupasi dan klaster, serta belum
              bersifat nasional yang mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia atau KKNI level
              lima atau enam, atau setara dengan diploma tiga dan diploma empat," terang dia.

              Melihat  adanya  gap  tersebut,  Direktorat  Jenderal  Pendidikan  Vokasi  Kemendikbud  perlu
              membuat keselarasan antara PTV atau pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri.

              Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri memberikan hibah pada
              10 PTV, melalui Program Pengembangan Penilaian Mutu Perguruan Tinggi Vokasi Berstandar
              Industri.

              Sebanyak 10 PTV pengampu diberi tugas berkoordinasi dengan industri, dunia usaha, dan dunia
              kerja (Iduka), asosiasi profesi, BNSP, dan PTV lain dengan program studi sejenis untuk duduk
              bersama, menyusun serta menyepakati skema sertifikasi nasional sesuai KKNI level 5 dan 6.

              Setelah skema tersusun, dilanjutkan penyusunan materi uji kompetensi (MUK) serta membuat
              petunjuk teknis tempat uji kompetensi (TUK) berstandar industri.

              "Saat ini sudah pada fase akhir, ada dua fase yakni penyusun MUK dan petunjuk teknis tempat
              uji  kompetensi,"  kata  mantan  Atase  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Kedutaan  Besar  Republik
              Indonesia (KBRI) Berlin itu.

              Penyusunan skema sertifikasi kompetensi tersebut menguntungkan semua pihak terlibat, mulai
              dari lulusan, perguruan tinggi, industri, hingga pemerintah. Penyusunan skema sertifikasi juga
              dapat mewujudkan ekosistem saling percaya.

              Kerja bersama seperti itu, akan semakin menguatkan "pernikahan massal" antara penyedia dan
              pengguna lulusan PTV.

              "Dengan adanya sertifikasi kompetensi, lulusan PTV lebih percaya diri, PTV dan industri juga
              merasakan hal yang sama yakni adanya jaminan kualitas," kata dia.

              Hal itu dikarenakan sertifikasi kompetensi disusun sedemikian rupa dengan melibatkan semua
              pihak terkait dan menenuhi kriteria Iduka.

              "Pengguna  lulusan  yakni  Iduka  pun  mendapatkan  jaminan  mutu  akan  lulusan.  Pemerintah
              sebagai regulator juga senang, karena memang begini seharusnya sekolah tersebut," terang dia.
              Untuk  tahap  awal,  Kemendikbud  menargetkan  setidaknya  150  skema  sertifikasi  kompetensi
              berstandar  nasional  yang  tersusun  pada  2020,  atau  dengan  kata  lain  masing-masing  PTV
              pengampu diberi tugas menyusun minimal 15 skema beserta MUK dan TUK yang berstandar
              industri.

              Ke depan, pihaknya akan menyusun lebih banyak lagi skema sertifikasi kompetensi berstandar
              nasional.

              "Pada tahun ini, kami menargetkan baru 150 skema sertifikasi kompetensi berstandar nasional,
              tapi dari informasi teman-teman PTV pengampu bahkan ada yang berhasil menyusun lebih dari
              ditargetkan semula. Ke depan, kita akan tambah penyusunan skema sertifikasi kompetensi agar
              semakin banyak lagi bidang yang terselesaikan," katanya.

              Ke  depan,  penyusunan  sertifikasi  kompetensi  tidak  hanya  pada  tingkat  nasional  tetapi  juga
              internasional. Selama ini, tenaga terampil Indonesia masih menerima upah lebih rendah dari
              tenaga kerja berasal dari negara lain. Padahal kemampuannya sama. Hal itu dikarenakan tenaga
              kerja  Indonesia  tidak  memiliki  sertifikasi  kompetensi  dan  lemahnya  kemampuan  berbahasa
              asing.


                                                           60
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66