Page 16 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 MARET 2021
P. 16

PT Pertamina (Persero) telah mengusulkan sekitar 17 proyek, baik Proyek Strategis Nasional
              (PSN)  yang  ditetapkan  pemerintah  maupun  tambahan  proyek  inisiatif  perseroan,  bisa
              mendapatkan  pendanaan  dari  sovereign  wealtkfund  (SWT)  LPI  yang  resmi  dibentuk  pada
              Desember 2020 melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 2020 tentang Lembaga
              Pengelola Investasi. Nilai total proyek tersebut diperkirakan sekitar US$ 48,5 miliar atau Rp 697
              triliun.

              Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga menyiapkan sejumlah proyek pembangunan sektor
              transportasi yang berpotensi dikerjasamakan dengan LPI, antara lain pembangunan jalur kereta
              api (KA) loopline di Jakarta; light rail transit (LRT) maupun mass rapid transit (MRT) di Bali,
              Medan, Bandung, Makassar, dan Surabaya; serta bandara dan pelabuhan di sejumlah daerah.
              Sementara itu, BUMN infrastruktur seperti PT Jasa Marga Tbk OSMR) terus menyiapkan sejumlah
              aset  jalan  tol  yang  berpotensi  untuk  ditawarkan  kepada  para  investor  strategis,  dengan
              memanfaatkan SWT yang akan mempermudah aksi divestasi tersebut.

              Pajak final dividen 0% juga sudah mulai diberlakukan 1 Maret 2021, sehingga bagi emiten yang
              akan mendistribusikan dividen, KSEI akan menerapkan pajak 0% pada daftar pemegang saham
              untuk  wajib  pajak  orang  pribadi  dalam  negeri.  Insentif  yang  positif  untuk  pasar  modal  ini
              tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 2021 Tentang Perlakuan Perpajakan untuk
              Mendukung Kemudahan Berusaha, sebagai pelaksana UU Ciptaker yang mengecualikan dividen
              dari objek pajak penghasilan (PPh) apabila diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan
              badan dalam negeri, sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di Indonesia dalam jangka waktu
              tertentu.
              Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, semua
              aturan dalam PP dan peraturan presiden (perpres) untuk pelaksanaan UU Ciptaker efektif dan
              berpengaruh positif pada upaya pemulihan ekonomi nasional. "Untuk yang menyentuh ke semua
              sektor adalah aturan dari klaster ketenagakerjaan, sehingga yang paling signifikan adalah aturan
              dari  klaster  ketenagakerjaan,  karena  UU  itu  tujuannya  memang  untuk  penciptaan  lapangan
              kerja. Kedua, terkait masalah perizinan dan semuanya sudah disimplifikasi, ini juga lintas sektor.
              Kalau yang lain, itu semua spesifik di sektor masing-masing," kata dia kepada Investor Daily,
              Sabtu (6/3).

              Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Ciptaker ini diteken Presiden Joko Widodo
              pada  2  November  2020.  Berikutnya,  peraturan  pemerintah  dan  peraturan  presiden  untuk
              pelaksanaan diterbitkan bertahap, pada Desember lalu hingga Februari 2021.

              Aturan pelaksana UU Nomor 11 Tahun 2020 tersebut terdiri atas 11 kluster. Pertama, klaster
              Perizinan dan Kegiatan Usaha Sektor yang mencakup 15 PP. Ini terdiri atas PP Nomor 5 Tahun
              2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko; Peraturan Pemerintah Nomor
              38 Tahun 2021 tentang Rekening Penampungan Biaya Perjalanan Ibadah Umrah; PP Nomor 6
              Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah; PP Nomor 23 Tahun 2021
              tentang  Penyelenggaraan  Kehutanan;  PP  Nomor  25  Tahun  2021  tentang  Penyelenggaraan
              Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral; PP Nomor 26 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
              Bidang  Pertanian; PP  Nomor  27  Tahun  2021  tentang  Penyelenggaraan Bidang  Kelautan  dan
              Perikanan; PP Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian; PP Nomor
              29  Tahun  2021  tentang  Penyelenggaraan  Bidang  Perdagangan;  PP  Nomor  30  Tahun  2021
              tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; PP Nomor 31 Tahun 2021
              tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran; PP Nomor 32 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
              Bidang  Penerbangan;  PP  Nomor  33  Tahun  2021  tentang  Penyelenggaraan  Bidang
              Perkeretaapian; PP Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran; serta
              PP Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan.

              Kedua, klaster Koperasi dan UMKM serta Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) mencakup 4 PP. Ini
              terdiri  atas  PP  Nomor  7  Tahun  2021  tentang  Kemudahan,  Pelindungan,  dan  Pemberdayaan
                                                           15
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21