Page 88 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 FEBRUARI 2021
P. 88

PEMERINTAH BANTAH PESANGON PHK DIPOTONG SEPARUH DALAM RPP UU CIPTA
              KERJA
              Kemenko Bidang Perekonomian membantah Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
              Perjanjian  Kerja  Waktu  Tertentu,  Alih  Daya,  Waktu  Kerja  dan  Waktu  Istirahat,  Serta  PHK,
              mengatur uang pesangon dapat dipotong setengah. RPP tersebut merupakan aturan turunan
              dari UU Cipta Kerja.

              "Terkait PHK pesangon, nah memang di RPP kalau dibilang setengah tidak betul itu. Kalau kita
              lihat basisnya adalah diatur oleh undang-undang. Komponennya ada tiga, uang pesangon, uang
              penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak," ujar Staf Ahli Kemenko Perekonomian,
              Elen Setiadi, dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi TW IV 2020: Menjaga Momentum
              Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pengendalian COVID-19, Jumat (5/2).

              Elen memastikan UU Cipta Kerja sudah mengatur soal besaran nilai pesangon yang akan didapat
              karyawan.  Besarannya  dibedakan  berdasarkan  kasus.  Misalnya  pesangon  bagi  karyawan
              pensiun,  pesangon  bagi  karyawan  yang  meninggal,  termasuk  juga  besaran  pesangon  bagi
              karyawan yang terkena PHK.

              "Misalnya untuk pensiun ada angka pengalinya. Untuk meninggal paling tidak (pemberian) uang
              pesangon  dua  kali  dari  yang  diatur  undang-undang.  Tapi,  tetap  mendapat  uang  hak  dan
              sebagainya. Kalau dia cacat atau sakit berkepanjangan, angka pengalinya adalah pesangonnya
              dua (kali) juga. Kalau pensiun kalau tidak salah 0,75,” ujar Elen.

              Elen menegaskan bahwa UU Ciptaker sudah mengakomodir aturan tersebut. Besaran pesangon
              bagi karyawan PHK juga akan diberikan berdasarkan masa kerja. Nantinya, besaran yang akan
              dijadikan acuan adalah angka yang tertera di UU Cipatker. Kemudian pengalinya ada di RPP dan
              dibedakan sesuai kasus sehingga besaran pesangon tidak akan sama.

              "Dalam RPP yang disiapkan dan Insyaallah akan ditetapkan Presiden. Yang ada di UU itu sebagai
              angka dasar, nanti ada pengalinya lagi. Jadi, itu tadi ada basis penghitungannya. Menurut hemat
              kami, kalau dibilang setengah tidak betul. Yang dipakai adalah angka yang di dalam undang-
              undang, kemudian ditentukan pengalinya sesuai dengan jenis PHK, jadi tidak disamakan," lanjut
              Elen.

              Seperti diketahui RPP tentang PWKT serta PHK sudah mulai beredar. Ketentuan PHK diatur dalam
              Bab V beleid tersebut. Pada bagian kesatu Bab tersebut, diatur mengenai tata cara pemutusan
              hubungan kerja. Sementara bagian kedua diatur hak akibat pemutusan hubungan kerja.

              Dalam ayat dua pasal yang sama, diatur mengenai ketentuan uang pesangon berdasarkan masa
              kerja. Sementara ayat 3 pasar tersebut diatur mengenai uang penghargaan masa kerja dan ayat
              4 uang penggantian hak yang seharusnya diterima.

              Namun  dalam  aturan  tersebut,  ada  ketentuan  yang  menyebutkan  bahwa  pengusaha  bisa
              membayar pesangon tidak penuh kepada pekerjanya sesuai dengan kondisi perusahaan saat itu.

              Misalnya  saja  seperti  terkait  masalah  pengambilalihan  perusahaan,  perusahaan  mengalami
              kerugian, atau perusahaan tutup karena keadaan memaksa (force majeur), maka perusahaan
              bisa tidak membayar pesangon secara penuh.
              "Pengusaha  dapat  melakukan  Pemutusan  Hubungan  Kerja  terhadap  Pekerja/Buruh  karena
              alasan  Perusahaan  tutup  yang  disebabkan  Perusahaan  mengalami  kerugian  secara  terus
              menerus selama 2 (dua) tahun atau mengalami kerugian tidak secara terus menerus selama 2
              (dua) tahun maka Pekerja/Buruh berhak atas: a. Uang Pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima)
              kali ketentuan Pasal 39 ayat


                                                           87
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93