Page 413 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2021
P. 413

"Dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri untuk gubernur dan/atau wakil
              gubernur serta oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk bupati dan/atau wakil bupati
              atau wali kota dan/atau wakil wali kota," bunyi pasal 68 ayat 1 dikutip detikcom.

              Dijelaskannya dalam ayat 2, ketika teguran tertulis telah disampaikan 2 kali berturut-turut dan
              tetap  tidak  dilaksanakan,  kepala  daerah  atau  wakil  kepala  daerah  diberhentikan  sementara
              selama 3 bulan.

              "Dalam hal kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah telah selesai menjalani pemberhentian
              sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap tidak melaksanakan program strategis
              nasional,  yang  bersangkutan  diberhentikan  sebagai  kepala  daerah  dan/atau  wakil  kepala
              daerah," bunyi ayat 3.

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah juga sudah pernah menyinggung soal sanksi
              tersebut. Dia menjelaskan sanksinya diatur oleh Menteri Dalam Negeri.

              "Bahwa Menteri Dalam Negeri sudah menyampaikan surat kepada para Gubernur terkait dengan
              ketentuan  upah  minimum.  Dalam  surat  tersebut  juga  disampaikan  sanksi  diberikan  kepada
              Gubernur atau kepala daerah yang tidak memenuhi kebijakan pengupahan ini," kata Ida dalam
              konferensi pers virtual, Selasa (16/11/2021) lalu.

              Surat yang dikirimkan Mendagri kepada kepala daerah, dijelaskan Ida memuat sanksi mulai dari
              yang  paling  ringan  hingga  yang  terberat,  yakni  pemberhentian  kepala  daerah  yang  tidak
              mengikuti ketentuan dalam menetapkan upah minimum.

              "Di dalam surat tersebut juga dijelaskan ada mulai sanksi teguran tertulis, kemudian sampai
              yang  terberat  itu  pemberhentian  sementara  sampai  pemberhentian  permanen.  Saya  kira  ini
              mengacu  pada  ketentuan  Undang-undang  Nomor  23  Tahun  2014,  yang  disampaikan  oleh
              Menteri Dalam Negeri adalah ketentuan yang ada di Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014,"
              paparnya.
              Namun,  Kemnaker  belum  menyimpulkan  apakah  Anies  telah  melanggar  PP  36/2021  dalam
              merevisi UMP DKI Jakarta. Sedangkan Kemendagri belum memberikan keterangan. Di sisi lain
              pengusaha meyakini Anies telah melanggar aturan pengupahan.

              Kemnaker sendiri belum menerima tembusan dari pemerintah provinsi DKI Jakarta terkait revisi
              kenaikan UMP 2022 yang dilakukan oleh Anies. Pihaknya mengetahui informasi tersebut bukan
              dari Pemprov langsung.

              "Kami  belum  mendapatkan  ini  makanya  saya  bilang  dari  tadi  kan  kalau  memang  itu  benar
              informasi itu kan, artinya kita juga belum dapat tembusan atau pemberitahuan atau apapun,"
              kata  Kepala  Biro  Humas  Kemnaker  Chairul  Fadly  Harahap  kepada  detikcom,  kemarin  Senin
              (20/12/2021).


















                                                           412
   408   409   410   411   412   413   414   415   416   417   418