Page 110 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MARET 2021
P. 110

PENETAPAN UPAH MINIMUM TAK GUNAKAN KOMPONEN KHL, INI PENJELASAN
              KEMENAKER
              Pemerintah  sudah  menerbitkan  aturan  baru  mengenai  pengupahan  melalui  Peraturan
              Pemerintah (PP) nomor 36 tahun 2021. Dengan aturan tersebut, pemerintah juga mengubah
              perhitungan upah minimum.

              Bila dalam PP nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan, penetapan upah minimum didasarkan
              atas  kebutuhan  hidup  layak  (KHL)  dengan  memperhatikan  produktivitas  dan  pertumbuhan
              ekonomi,  di  aturan  terbaru  penetapan  upah  minimum  berdasarkan  kondisi  ekonomi  dan
              ketenagakerjaan.

              Direktur  Pengupahan  Kemenaker  Dinar  Titus  Jogaswitani  menerangkan,  dasar  penghitungan
              upah minimum saat ini berdasarkan upah minimum berjalan yang ditetapkan sesuai dengan PP
              78/2015, meski begitu untuk menghitung upah di tahun berikutnya sudah berdasarkan kondisi
              perekonomian.
              "Jadi  KHL  tidak  dimasukkan  sekarang  tapi  bukan  berarti  tidak  dipakai.  Karena  dasar
              menghitungnya tetap pakai KHL, tapi menghitung tiap tahunnya tidak lagi menggunakan KHL,"
              ujar  Titus  dalam  Bincang  Informatif  Peraturan  Pemerintah  Nomor  36  Tahun  2021  Tentang
              Pengupahan, Selasa (2/3).
              Dia  juga  menyebut,  berdasarkan  hasil  evaluasi  penetapan  nilai  KHL  serta  perkembangan
              ketersediaan data empiris, penggunaan KHL ini sudah tidak relevan lagi digunakan.

              Hal  ini  lantaran  pertama,  KHL  ini  menggunakan  pendekatan  kelompok  komoditas  seperti
              makanan dan minuman, sandang, perumahan dan lainnya. Padahal menurut Titus, komponen
              tersebut tak selalu ada di seluruh Indonesia.

              "Sebaiknya datanya dari data empiris, apa yang ditemukan di masing-masing daerah tersebut,
              sehingga sangat fleksibel, sehingga sangat pas dengan kebutuhannya," ujarnya.

              Tak hanya itu, metode survei KHL ini juga sulit dipertanggungjawabkan karena pelaksanaan
              survei tidak independen atau dipolitisir. Menurutnya dalam penetapan nilai KHL ini berdasarkan
              kesepakatan pihak tertentu.

              "Mestinya  nilai KHL  itu  tidak disepakati  hanya  dihitung. Kesepakatan itu  sebelum  berangkat,
              misalnya berasnya apa, itu sebelum berangkat. Walau ada nama dan jenis itu disebutkan dulu
              mana yang akan dihitung, itu adalah kesepakatan sebelum berangkat survei. Jadi nanti hasilnya
              disurvei berapapun nilainya, itu yang akan dihitung. Tetapi kenyataannya selama ini terbalik,"
              katanya.

              Dia juga menyebut tim survei yang seharusnya dilakukan secara berkelompok nyatanya tidak
              dilakukan secara bersama-sama, tetapi terbagi-bagi. Misalnya terdiri dari tim pengusaha atau
              tim pekerja. Hal ini menyebabkan nilai KHL yang ditemukan berbeda-beda. Karena itu, terjadilah
              kesepakatan yang dilakukan atas nilai KHL ini.















                                                           109
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115