Page 128 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 128

Hal ini disampaikan saat sosialisasi UU Cipta Kerja, khususnya klaster ketenagakerjaan dengan
              sekitar  1.308  pekerja  dan  manajemen  Pertamina  di  lingkungan  Subholding  Upstream  PT
              Pertamina Hulu Energi, dari seluruh lokasi perusahaannya di Indonesia.

              "Proses pembahasan UU Cipta Kerja ini sangat terbuka. Rapat-rapat di Raker, Panja dan Baleg
              dapat diakses melalui banyak kanal. Ada live streaming, ada liputan dari TV Parlemen, bisa juga
              dari youtube," papar Menaker Ida membuka dialog dengan para pekerja dan direksi Pertamina.

              Menaker Ida juga menegaskan beberapa klarifikasi, di antaranya tentang tuduhan bahwa UU ini
              akan  ompong  karena  pasal-pasal  tentang  sanksi  dari  UU  lama  dihapus.  "Ini  misleading  lagi.
              Sanksi tetap ada, kita adopsi dari UU lama, baik sanksi pidana maupun administratif. UU ini
              bergigi kuat, tidak ompong," ucapnya.

              Selain itu, sebagai bukti komitmen terhadap peningkatan kompetensi, dalam skema Jaminan
              Kehilangan  Pekerjaan  (JKP),  Kemnaker  memasukkan  tambahan  vocational  training  benefit.
              Artinya, pekerja ter-PHK berhak atas pelatihan dan sertifikasi gratis, sambil menunggu mendapat
              pekerjaan baru.

              "Sehingga saat ada lowongan kerja, sudah punya sertifikat kompetensi. Bisa nego gaji lebih
              tinggi, kan" sambungnya.

              Sanksi Bagi Perusak Lingkungan Disebut Dicabut di UU Cipta Kerja Sebelumnya, Kepala Peneliti
              Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Felippa Ann Amanta, menilai pemberlakuan sanksi
              dan denda bagi pelaku usaha yang membahayakan lingkungan harus tetap ada dalam Omnibus
              Law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Felippa menyayangkan relaksasi persyaratan lingkungan
              yang dicabut dari UU.

              Oleh karena itu, dia meminta agar pemerintah dapat meninjau ulang persyaratan lingkungan
              yang  dihilangkan  dari  UU  Cipta  Kerja  dan  akan  diatur  berdasarkan  Peraturan  Pemerintah.
              "Penghapusan  denda  dan  sanksi  perlu  ditinjau  ulang  oleh  pemerintah  mempertimbangkan
              dampak  dari  kerusakan  lingkungan  terhadap  masyarakat,"  kata  Felippa  seperti  dikutip  dari
              Antara di Jakarta, Selasa (6/10).

              Menurut  dia,  dihilangkannya  sanksi  dan  denda  akan  semakin  meminimalisasi  kehadiran
              pemerintah dalam upaya menjaga kelangsungan lahan. Setidaknya, ada acuan dari pemerintah
              yang dapat dilihat oleh para pelaku usaha untuk berhati-hati dalam mengelola lahan.

              Untuk itu, dia meminta upaya pemerintah dapat memastikan masuknya investasi asing langsung
              (Foreign Direct Investment/FDI) tidak serta merta menghilangkan kewajiban para investor untuk
              menjaga  kelangsungan  lingkungan.  Khususnya  pada  investasi  sektor  pertanian,  keberadaan
              lahan sangat penting untuk memastikan kelangsungan sektor pertanian itu sendiri.






















                                                           127
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133