Page 14 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 14

menyebabkan  kontrol  dari  DPR  yang  efektif  tidak  ada.  Malah  banyak  hal  sensitif  menjadi
              kewenangan pemerintah seorang
              negative - Said Iqbal (Presiden KSPI) Buruh menolak UU Cipta Kerja. Dengan demikian, tidak
              mungkin buruh menerima peraturan turunannya, apalagi terlibat membahasnya

              negative - Said Iqbal (Presiden KSPI) Padahal, kami sudah menyerahkan draf sandingan usulan
              buruh. Namun, masukan yang kami sampaikan banyak yang tidak terako-modasi

              negative - Said Iqbal (Presiden KSPI) Tidak benar apa yang dikatakan DPR RI bahwa 80% usulan
              buruh sudah diadopsi dalam UU Cipta Kerja.



              Ringkasan

              Proses penyusunan peraturan-peraturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja diprediksi bakal
              tertutup,  dengan  partisipasi  publik  yang  minim.  Selain  itu,  singkatnya  tenggat  waktu  proses
              penyusunannya bakal membuat banyak aturan yang bakal ambigu di tataran implementasi. Hal
              ini  menegaskan  bahwa  pengesahan  omnibus  law  hanya  untuk  mendongkrak  citra  di  mata
              internasional.

              Pakar  hukum  dari  Universitas  Pa-rahyangan  Asep  VVarlan  Yusuf  mengaku  khawatir,  proses
              penyusunan peraturan pemerintah (PP) dan peraturan presiden (Perpres), yang menjadi turunan
              Undang-Undang Cipta Kerja, bakal lebih tertutup dibandingkan dengan proses penyusunan UU
              Cipta  Kerja.  Hal  itu  karena  tidak  ada  aturan  yang  mewajibkan  partisipasi  publik  dalam
              penyusunan PP dan Perpres. Selain itu, waktu penyusunan PP dan Perpres terkait dengan UU
              Cipta Kerja terlalu singkat, hanya 1-3 bulan.



              ATURAN TURUNAN OMNIBUS LAW BERPOTENSI MUNCULKAN AMBIGUITAS
              Proses penyusunan peraturan-peraturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja diprediksi bakal
              tertutup,  dengan  partisipasi  publik  yang  minim.  Selain  itu,  singkatnya  tenggat  waktu  proses
              penyusunannya bakal membuat banyak aturan yang bakal ambigu di tataran implementasi. Hal
              ini  menegaskan  bahwa  pengesahan  omnibus  law  hanya  untuk  mendongkrak  citra  di  mata
              internasional.

              Pakar  hukum  dari  Universitas  Parahyangan  Asep  VVarlan  Yusuf  mengaku  khawatir,  proses
              penyusunan peraturan pemerintah (PP) dan peraturan presiden (Perpres), yang menjadi turunan
              Undang-Undang Cipta Kerja, bakal lebih tertutup dibandingkan dengan proses penyusunan UU
              Cipta  Kerja.  Hal  itu  karena  tidak  ada  aturan  yang  mewajibkan  partisipasi  publik  dalam
              penyusunan PP dan Perpres. Selain itu, waktu penyusunan PP dan Perpres terkait dengan UU
              Cipta Kerja terlalu singkat, hanya 1-3 bulan.

              Dikatakan Asep, pembahasan PP dan Perpres bakal bersifat terbatas. Biasanya, pembahasan
              hanya melibatkan para ahli, sedangkan elemen-elemen masyarakat tidak dilibatkan.

              Berbeda  dengan  pembahasan  UU  yang  mewajibkan  adanya  partisipasi  publik,  di  mana
              masyarakat  harus  dilibatkan.  Bahkan,  partisipasi  publik  saat  menyusun  UU  dapat  dilakukan
              berkali-kali.

              Selain itu, singkatnya waktu pembuatan PP dan Perpres yang direncanakan pemerintah, yakni
              selama  1-3  bulan,  semakin  meragukan  bahwa  aturan  itu  akan  disusun  secara  transparan.
              Idealnya, PP dan Perpres dibuat minimal enam bulan. Ada proses yang harus dijalani terlebih
              dahulu, seperti pembuatan pokok-pokok pikiran pembentukan PP.
                                                           13
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19