Page 200 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 200

Pekerja Singaperbangsa dan perseorangan yang merupakan karyawan kontrak, Dewa Putu Reza
              dan Ayu Putri. Permohonan JR itu didaftarkan pada Senin (12/10).
              DPP  Federasi  Serikat  Pekerja  Singaperbangsa  diwakili  oleh  Ketua  Umum  Deni  Sunarya  dan
              Sekretaris  Umum  Muhammad  Hafidz  mengajukan  judicial  review  terkait  pengujian  Pasal  81
              angka 15, angka 19, angka 25, angka 29 dan angka 44 UU Cipta Kerja.

              Serikat pekerja asal Karawang, Jawa Barat itu mempersoalkan Pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja
              yang mengubah Pasal 59 UU Ketenagakerjaan dan menghilangkan pengaturan jangka waktu,
              batas perpanjangan dan pembaruan perjanjian kerja.

              Sementara itu, Pasal 81 angka 19 UU Cipta Kerja disebut pemohon menghapus Pasal 65 UU
              Ketenagakerjaan yang berdampak terdapat syarat batasan pekerjaan yang dapat diserahkan dari
              pemberi kerja kepada perusahaan penyedia jasa pekerja.

              Kemudian,  Pasal  81  angka  25  menyebabkan  upah  minimum  dari  semula  berdasarkan
              produktivitas,  inflasi  dan  pertumbuhan  ekonomi  menjadi  hanya  pertumbuhan  ekonomi  atau
              inflasi. Kemudian angka 29 didalilkan pengusaha tidak diancam sanksi apabila memberi upah
              lebih rendah dari ketentuan yang berlaku.

              Sementara  itu,  pemohon  Dewa  Putu  Reza  dan  Ayu  Putri  menyebut,  UU  Cipta  Kerja  tidak
              memberikan perlindungan dan kepastian hukum untuk para pemoho, terkait status kepegawaian
              karena undang-undang itu memberikan perusahaan kewenangan mengadakan perjanjian kerja
              waktu tertentu secara terus menerus.

              Alasan mengajukan JR, pemohon memandang penghapusan batas waktu Perjanjian Kerja Waktu
              Tertentu (PKWT) mengakibatkan hilangnya perlindungan hukum yang adil dan kepastian hukum
              bagi pekerja. Sebagaimana diatur dalam Pasal 59 UU Cipta Kerja.

              Selain  itu,  terkait  penghapusan  ketentuan  minimal  dalam  pemberian  pesangon  dan  uang
              penghargaan. Hal ini disebut telah merampas hak para pekerja, akan pendapatan dan kehidupan
              yang layak. Hal ini tertuang dalam Pasal 156 ayat (1).

              Sementara  itu,  juru  bicara  MK,  Fajar  Laksono  menyampaikan,  permohonan  tersebut  akan
              disidangkan  paling  lama  setelah  14  hari  diregistrasi.  Para  pemohon  diminta  untuk
              menunggu."Ya, paling lama 14 hari sejak diregistrasi sudah harus sidang. Itu hukum acaranya.
              Tunggu saja," kata Fajar kepada , Kamis (15/10).

              Fajar  memastikan,  MK  akan  independen  dalam  setiap  menangani  perkara.  Dia  tidak
              mempermasalahkan jika terdapat sebagian orang yang merasa khawatir membawa UU Cipta
              Kerja ke MK. "Mau mengajukan atau tidak mengajukan permohonan, itu sepenuhnya hak publik.
              Setidaknya, kalau diajukan ke MK, selain tentu akan diproses sesuai ketentuan hukum acara,
              akan  ada  ruang  terbuka  bagi  seluruh  pihak  yang  berkepentingan  untuk  menyampaikan
              argumentasi konstitusional di persidangan," pungkasnya.
              (Editor : Dinarsa Kurniawan Reporter : Muhammad Ridwan .















                                                           199
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205