Page 233 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 233

Ia menambahkan UU Cipta Kerja ini juga memberikan inovasi yang lebih relevan bagi buruh yang
              terkena PHK yaitu memberikan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) dengan angka yang tidak
              memberatkan pengusaha.

              "Manfaat JKP ini hanya ada di UU Cipta Kerja, angkanya tidak lagi memberatkan pekerja ataupun
              pengusaha dengan iuran tambahan. Pemerintah akan lakukan rekomposisi iuran yang ada dari
              BPJS Ketenagakerjaan," kata Dita.

              Terkait isu soal kontrak, Dita menjelaskan bahwa syarat-syarat mengenai pekerja kontrak masih
              mengadopsi aturan di UU Ketenagakerjaan terutama di pasal 56 dan 59, yang juga disesuaikan
              dengan perkembangan terkini.

              "Kenapa batas maksimal kontrak tidak tercantum lagi? Karena ini akan dicantumkan di Peraturan
              Pemerintah, nanti supaya ada fleksibilitas. Karakteristik hubungan kerja di tiap sektor kan bisa
              berbeda-beda," ujarnya.

              Dita  juga  melakukan  klarifikasi  terkait  misinformasi  soal  cuti,  terutama  bagi  para  buruh
              perempuan, karena UU Cipta Kerja tetap mengatur pemberian cuti hamil dan cuti haid.

              "Tidak ada penghilangan cuti hamil dan haid. Menteri (Ketenagakerjaan) kita ini perempuan,
              separuh pekerja kita ini perempuan. Semua tetap ada dan dibayarkan upahnya," kata Dita.

              Untuk  syarat  PHK,  Dita  memastikan  ada  empat  tahap  yang  harus  dilalui  apabila  keputusan
              tersebut benar-benar dilakukan, sehingga pengusaha maupun buruh bisa mendapatkan solusi
              yang terbaik.

              "Pengusaha harus tetap memberi informasi, tidak bisa sepihak. Kalau pekerja tidak setuju, harus
              ada perundingan yang bisa didampingi serikat pekerja. Jika tidak sepakat, pemerintah harus
              mediasi. Kalau tidak selesai juga, baru masuk jalur hukum," ujarnya.
              Dita  juga  mengatakan  tiap-tiap  daerah  juga  masih  bisa  menetapkan  Upah  Minimum
              Kabupaten/Kota (UMK) sesuai penghitungan inflasi maupun pertumbuhan ekonomi, meski tidak
              diwajibkan.

              "Kalau UMP-nya dianggap sudah mewakili, tidak perlu. Tiap daerah punya karakteristik yang
              berbeda-beda, kalau mayoritas pekerjanya di UMKM, harus disesuaikan. Makanya pilihan katanya
              dapat, bukan wajib," kata Dita.

              Secara  keseluruhan,  Dita  mengatakan  pemerintah  akan  mengakomodasi  beberapa  hal  yang
              belum  detail  dalam  UU  Cipta  Kerja  melalui  penerbitan  Peraturan  Pemerintah  (PP)  dengan
              melibatkan serikat pekerja.

              "Setidaknya  ada  tiga  sampai  empat  PP  yang  akan  kita  bahas.  Tentang  pengaturan
              ketenagakerjaan  yang  isinya  soal  kontrak,  outsource,  dan  lainnya,  PP  tentang  Jaminan
              Kehilangan Pekerjaan, dan PP tentang pengupahan," katanya. (nas/cok).


















                                                           232
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238