Page 163 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 163

Ida  pun  menekankan,  kehadiran  UU  Cipta  Kerja  tidak  merubah  inti  kebijakan  tentang
              ketenagakerjaan seperti yang tercantum dalam UU Nomor 13 Tahun 2003.
              "Ketentuan yang ada di UU 13 sepanjang tidak dihapus, sepanjang tidak diatur ulang di Undang-
              Undang  Cipta  Kerja,  maka  ketentuannya  tetap  berlaku.  Termasuk  tentang  waktu  kerja  ini,"
              tegasnya dalam podcast YouTube bersama Deddy Corbuzier, Rabu (14/10/2020).

              Dia menjelaskan, UU Cipta Kerja ini justru menampung ketentuan tentang pekerjaan yang sifat
              dan kondisinya tidak dapat mengikuti aturan dalam UU 13/2003. Sehingga perlu diatur waktu
              kerja khusus.

              Sebagai contoh, ia menyoroti para pegawai di sektor ekonomi digital hingga ibu rumah tangga
              yang juga pekerja informal. Ida menyatakan, jaMKerja mereka harus tetap dilindungi.

              "Misalnya saya bekerja ketika selesai nganter anak. Dari jam 8-2 saja misalnya. Itu tidak sampai
              7 jam. Itu tetap diakomodasi. Kan dulu enggak bisa, kan enggak boleh, ketentuan kerja dulu
              kalau enggak 7 jam ya 8 jam," tuturnya.

              Oleh karenanya, Ida beranggapan keberadaan UU Cipta Kerja justru akan semakin melindungi
              waktu para pekerja. Khususnya pekerja milenial, yang dinilainya kerap jadi korban pemberi kerja.

              "Anak-anak milenial itu kerja satu hari bisa dua bos, 5 jam di bos A, 5 jam lagi di bos B. Banyak
              (yang kayak gitu). Dinamika anak-anak sekarang kan fleksibel, gimana bentuk perlindungannya.
              Itu ada di Undang-Undang (Cipta Kerja) ini," ujar Ida.
              DPR RI hari ini telah menyerahkan Undang-Undang/ UU Cipta Kerja ke Presiden Joko Widodo
              (Jokowi). Sebelumnya, DPR RI telah mengesahkan RUU Cipta Kerja menjadi Undang-Undang
              pada sidang paripurna beberapa waktu lalu.

              Usai disahkan di sidang paripurna, DPR RI melakukan sedikit revisi minor sebelum diserahkan ke
              Presiden Jokowi dan ditandatangani menjadi Undang-Undang.

              Draf final UU itu diserahkan oleh Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar kepada Menteri
              Sekretariat Negara Pratikno, Rabu (14/10/2020).

              Pada saat pengesahan, draf UU Cipta Kerja yang diberikan anggota Baleg sejumlah 905 halaman.
              Kemudian, Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar menyebut draf final sebelum diubah format
              memiliki 1. 035 halaman. Draf yang paling final setelah diubah format kertas menjadi legal paper
              berkurang menjadi 812 halaman.

              Dalam draf UU Cipta Kerja versi 812 halaman ini, terdapat beberapa perubahan dari naskah
              sebelumnya yang setebal 1. 035 halaman. Salah satunya terkait pembayaran pesangon, seperti
              yang tercantum di Pasal 156 halaman 355 UU Cipta Kerja .

              Pada halaman tersebut, dituliskan bahwa ketentuan Pasal 156 diubah dari naskah UU Cipta Kerja
              sebelumnya yang setebal 1. 035 halaman. Perubahan pertama terjadi di Pasal 156 ayat (1).
              Lalu apa saja yang berubah dalam UU Cipta Kerja yang terdiri dari 15 bab, 11 klaster dan 186
              pasal? Simak isi lengkapnya di sini.











                                                           162
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168