Page 279 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 279

PERTIMBANGKAN SKALA USAHA, PEMERINTAH UBAH KETENTUAN PESANGON

              Pemerintah  telah  merevisi  draf  Omnibus  Law  Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerja  dari  1.  035
              halaman menjadi 815 halaman. Adapun poin yang direvisi berasal dari klaster ketenagakerjaan.
              Salah satunya mengenai aturan pemberian pesangon yang diperdebatkan.

              Diatur dalam Pasal 156 UU Cipta Kerja. Awalnya, draf UU Cipta Kerja pada 5 Oktober, jumlah
              maksimal  pesangon  menjadi  25  kali,  dengan  pembagian  19  kali  ditanggung  oleh  pemberi
              kerja/pelaku usaha, dan 6 kali (cash benefit) diberikan melalui Program Jaminan Kehilangan
              Pekerjaan (JKP) yang dikelola oleh pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan.

              Sedangkan di UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 diberikan sebanyak 32 kali.

              Kepala  Bagian  Hukum  dan  Kerja  Sama  Luar  Negeri  Kementerian  Ketenagakerjaan  Agatha
              Widianawati  menjelaskan,  alasan  pemerintah  kembali  mengatur  pesangon  tersebut  karena
              mempertimbangkan skala usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

              "Perlu diingat juga pertimbangan pemerintah ketika kompensasi diangkat di undang-undang bisa
              dibayangkan kan itu berlaku untuk semua usaha sampai usaha sekecil-kecilnya itu berlaku loh,"
              ujar Agatha ketika dihubungi Kompas. com, Rabu (14/10/2020).

              "Jadi  kalau  dia  ingin  PHK  orang  pekerja  tetap  harus  bayar  upah  sebanyak  24  tahun,  bisa
              dibayangkan. Usaha kecil itu saja setengah mati untuk membangun, dia harus mengganti uang
              pesangon," sambungnya.
              Pertimbangan  lainnya,  lanjut  dia,  yaitu  jaminan  sosial  yang  kini  mulai  membaik  dan  terus
              dibenahi. Terlebih, UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 ini, menurut dia, sudah waktunya
              ada perubahan regulasi karena UU tersebut menjadi acuan selama 17 tahun.

              "Ini  logika-logika  hukum  dan  ekonomi  kita  pertimbangkan  semua  sehingga  kita  carilah  titik
              tengah. Mana yang bisa dilaksanakan, tetapi tidak merugikan buruh. Ini UU dibuat 2003 ya,
              berarti sudah 17 tahun. Kita lihat kondisi sekarang ini sudah berubah sekali. Yang dulu, jaminan
              sosial kita belum bagus, sekarang jaminan sosial kita sudah bagus," ucapnya.

              Sebagai informasi, ketentuan Pasal 156 pada UU Cipta Kerja yang akan diserahkan ke Presiden
              Joko Widodo (Jokowi) sebanyak 812 halaman telah diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
              Pasal 156 (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang
              pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya
              diterima.

              (2) Uang pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan sebagai
              berikut: a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah; b. masa kerja 1 (satu)
              tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah; c. masa kerja 2 (dua)
              tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; d. masa kerja 3 (tiga)
              tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah; e. masa kerja 4
              (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah; f. masa kerja 5
              (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah; g. masa kerja
              6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; h. masa
              kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah; i.
              masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.








                                                           278
   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284