Page 328 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 328
Ida menambahkan bahwa kemampuan dunia usaha tidak sama. Ada usaha besar, usaha
menengah dan usaha kecil. Jika pesangon terlalu tinggi, upah terlalu tinggi, dan waktu kerja
terlalu kaku, maka usaha kecil menengah sulit tumbuh.
"Itulah sebabnya kita buat aturan yang juga mencerminkan solidaritas kepada industry yang
kecil. Ya UU Cipta Kerja itu," katanya.
Adapun yang hadir dalam forum itu sejumlah pimpinan serikat pekerja tingkat provinsi,
kabupaten/kota hingga perusahaan. Antara lain dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (KSPSI), Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) dan sejumlah serikat tingkat
perusahaan, khususnya perhotelan.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya
untuk meningkatkan kemampuan para stakeholder untuk berdialog dan berunding.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati,
mengaku bingung atas pernyataan pemerintah terkait maraknya hoaks atas Undang-Undang
(UU) Cipta Kerja. Menyusul pemerintah masih enggan menyampaikan draf final UU anyar kepada
publik.
"Kalau hoax, mana draf finalnya. Tolong sesegera mungkin disampaikan secara resmi, mana draf
final yang resmi disampaikan oleh DPR," ujar Enny dalam sebuah diskusi daring, Sabtu
(10/10/2020).
Untuk itu, dia menilai seharusnya saat ini pemerintah dapat segera menyampaikan draf Undang-
Undang Cipta Kerja kepada masyarakat luas. Imbasnya dapat menciptakan keterbukaan
informasi publik sekaligus memperkuat pernyataan pemerintah terkait adanya hoaks.
"Ini harus dibuka. Supaya yang kita perdebatkan sesuatu yg konstruktif. Bukan hanya
masyarakat menganggap itu pencitraan atau masyarakat yang dianggap anarki dan ada agenda
politik," terangnya.
Lebih jauh, dia juga mengkritisi transparansi oleh DPR RI ataupun pemerintah selama proses
penyusunan, pembahasan, sampai pengesahan UU Cipta Kerja beberapa waktu lalu. Lalu, klaim
atas pelibatan semua pihak terkait juga dianggap hanya untuk pencitraan semata.
"Jadi, paradoks adalah kalau tujuannya semulia itu, mengapa pembahasannya seolah sembunyi-
sembunyi. Kesannya kayak gerabak-gerubuk," tandasnya.
327