Page 509 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 OKTOBER 2021
P. 509

0,05% di Agustus 2020. "Ini menunjukkan daya beli masyarakat belum pulih akibat pandemi
              Covid-19," ujar nya.
              Melihat  adanya  acaman  ledakan  pengangguran,  pemerintah  melalui  Kementerian
              Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  menggeber  program-program  yang  berkaitan  dengan
              ketenagakerjaan.

              Diantaranya, program Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang mulai dilaksanakan pada akhir Agustus
              2020. BSU diklaim mampu meringankan beban pengeluaran perusahaan dan mempertahankan
              daya  beli  masyarakat.  Peluncuran  program  ini  langsung  di  lakukan  Presiden  Joko  Widodo
              didampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Men teri BUMN Erick Thohir, dan Menteri
              Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah.

              Dalam  pidatonya,  Jokowi  menekankan,  peserta  yang  berhak  mendapat  BSU  adalah  peserta
              Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  Ketenagakerjaan  (BPJS  Ketenagakerjaan)  yang  aktif
              membayar iuran sampai Juni 2020. "Setelah ini diberikan kepada bapak ibu sekalian, konsumsi
              rumah tangganya naik," ujar Jokowi di hadapan para pekerja di Istana Negara.

              Menurut Jokowi, BSU tahun 2020 menyasar 12,4 juta penerima. Setiap peserta BSU mendapat
              Rp  2,4  juta  yang  disalurkan  dua  tahap.  "Ada  tenaga  kerja  honorer,  tenaga  medis,  petugas
              kebersihan, karyawan hotel, ada semua, komplit," ujarnya.
              Sumber dana BSU berasal dari Anggaran Pen dapatan dan Belanja Negara (APBN). Hingga akhir
              Desember 2020, Pemerintah telah menggelontorkan anggaran untuk BSU sebesar Rp 29,4 triliun.
              Adapun alasan penerima harus terdaftar sebagai anggota BPJS Ketenagakerjaan, agar penerima
              BSU valid. "Kenapa harus terdaftar di BPJS. Karena datanya juga sudah valid, dia bekerja," ujar
              Menaker Ida Fauziyah kepada GATRA.

              Setengah tahun berlangsung, BSU dianggap cukup berdampak menahan gejolak pengangguran.
              Data BPS terbaru menunjukkan, hingga Februari 2021, jumlah pengangguran sebesar 8,75 juta
              orang atau menurun 10,44% dibandingkan dengan Agustus 2020.

              Karena  diganggap  efektif,  di  2021,  BSU  kembali  digulirkan.  Target  penerima  BSU  tahun  ini
              sebanyak 8,7 juta penerima. Total pagu anggaran yang disiapkan sebesar Rp 8,8 triliun.

              Sampai saat ini pemerintah sudah menyalurkan BSU ke sekitar 5 juta penerima.

              Menurut Ida, data penerima BSU ini telah di padankan dengan data pe nerima bantuan sosial
              (ban sos) atau bantuan pemerintah lainnya yaitu Kar tu Prakerja, Program Keluarga Harapan
              (PKH), dan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM). "Agar tidak ada dupli ka si data penerima
              bantuan  sosial  atau  bantuan  pemerintah,  sehingga  upa  yaupaya  mitigasi  ini  lebih  merata,"
              katanya.

              Ida menjelaskan, penyaluran BSU bekerja sama dengan bank-bank yang bergabung di Himpunan
              Bank Milik Negara (Himbara) seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Bagi penerima BSU yang
              belum memiliki rekening di bank Himbara, pemerintah akan membuatkan rekening baru secara
              kolektif  alias  Burekol.  "Nantinya  dana  BSU  akan  ditransfer  langsung  ke  rekening  baru  yang
              dibuatkan itu," ujarnya.

              Meski demikian, proses distribusi BSU bukan tanpa hambatan. Salah satunya, keterlambatan
              pencairan  BSU.  Dirjen  Pembinaan  Hubungan  Industrial  dan  Jaminan  Sosial  Kemnaker,  Ida
              Fauziyah  Indah  Anggoro  Putri,  mengungkapkan  ada  beberapa  persoalan  yang  terjadi  di
              lapangan.  Pertama  adanya  komunikasi  antar-bank  di  kantor  pusat  dan  kantor  cabang  yang
              tidaksinkron.



                                                           508
   504   505   506   507   508   509   510   511   512   513   514