Page 203 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 NOVEMBER 2020
P. 203

MENKO AIRLANGGA: TINGGAL 14 PERATURAN PENDUKUNG UU CIPTAKER YANG
              PERLU HARMONISASI & SINKRONISASI
              Harmonisasi dalam rangka percepatan pembahasan dan penyelesaian 44 peraturan pelaksanaan
              UU Cipta Kerja, dikebut oleh pemerintah. Ini dilakukan agar akhir November atau awal Desember
              2020,  44  peraturan  pelaksanaan  UU  Cipta  Kerja  yang  terdiri  dari  40  Rancangan  Peraturan
              Pemerintah (RPP) dan 4 Rancangan Peraturan Presiden (RPerpres) bisa selesai.

              Kementerian Perekonomian menjadi leading sector guna merampungkan peraturan pendukung
              ini  bersama  Kementerian/Lembaga  (K/L)  terkait.  Sejauh  ini  sudah  terdapat  30  peraturan
              pelaksanaan  (27  RPP  dan  3  RPerpres)  yang  selesai  dan  di-upload  di  Portal  UU  Cipta  Kerja
              (https://uu-ciptakerja.go.id/).

              "Pemerintah menargetkan pada akhir November atau awal Desember 2020, seluruh RPP dan
              RPerpres yang memerlukan masukan dari masyarakat atau publik, sudah bisa di-upload dan
              diakses  masyarakat  melalui  Portal  UU  Cipta  Kerja,  sehingga  masyarakat  bisa  memberikan
              masukan untuk penyempurnaan RPP dan RPerpres tersebut," ujar Menteri Koordinator Bidang
              Perekonomian Airlangga Hartarto kepada media pada Senin, (23/11/2020).

              Kini, tinggal 14 peraturan pelaksanaan (13 RPP dan 1 RPerpres) yang masih belum diunggah ke
              Portal UU Cipta Kerja. Aturan tersebut masih memerlukan harmonisasi dan sinkronisasi. Namun,
              tak semua RPP itu memerlukan masukan dari masyarakat, karena sudah ditetapkan di UU No 11
              tahun 2020 (Cipta Kerja).

              Misalnya,  RPP  tentang  Penetapan  Modal  Awal  Lembaga  Pengelola  Investasi,  karena  pokok-
              pokoknya sudah ditetapkan di UU Cipta Kerja. Pemerintah tinggal menetapkannya ke dalam PP.

              Beberapa  RPP  yang  masih  memerlukan  pembahasan  dan  harmonisasi  adalah,  RPP  yang
              berkaitan  dengan  Ketenagakerjaan  (4  RPP).  Pemerintah  bersama  Tim  Pembahasan  Tripartit
              Nasional masih terus membahas RPP Ketengakerjaan ini.
              Tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, yang
              dikoordinasikan  oleh  Kemenko  Perekonomian,  bahkan  saat  pembahasannya  sudah  selesai.
              Namun, masih dilakukan sinkronisasi antar K/L dan asesmen terhadap konsistensi pengaturan
              perizinan  di  masing-masing  sektor.  Hal  ini  dilakukan  agar  menghindari  tidak  sinkronnya
              kebijakan.

              Harmonisasi dan SinkronisasiBegitu pula dengan RPP di sektor keagamaan, terkait pengaturan
              Ibadah Haji dan Umrah, Kemenko Perekonomian tengah berkoordinasi bersama-sama dengan
              Kementerian Agama, Asosiasi/Forum Asosiasi dan para Pelaku Usaha penyelenggara ibadah haji
              khusus dan umrah.

              RPerpres  tentang  pengaturan  usaha  di  bidang  penanaman  modal,  juga  sedang  dilakukan
              sinkronisasi pengaturan alokasi Bidang Usaha untuk UMK dan Kemitraan dengan Pelaku Usaha
              Menengah dan Besar.

              "Rancangan  Perpres  tentang  Bidang  Usaha  Penanaman  Modal  atau  yang  kita  kenal  sebagai
              Daftar Prioritas Investasi (DPI), saat ini sedang dilakukan sinkronisasi agar sejalan dengan RPP
              lainnya, seperti RPP yang terkait dengan UMKM dan Koperasi, agar seimbang antara kebutuhan
              mendorong investasi dengan perlindungan dan pemberdayaan UMKM," kata Menko Airlangga.

              RPP Perdagangan dan RPP Perindustrian, juga sudah dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi
              proses bisnis antara kedua sektor. Saat ini, masih menunggu proses finalisasi hasil harmonisasi
              untuk dituangkan ke dalam RPP Perdagangan dan juga di RPP Perindustrian.




                                                           202
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208