Page 96 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 MARET 2021
P. 96

Sebagai  informasi,  di  UU  Ketenagakerjaan  atau  peraturan  lama  secara  tegas  menyebutkan,
              pekerjaan outsourcing dibatasi hanya untuk pekerjaan di luar kegiatan utama atau yang tidak
              berhubungan dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan penunjang.

              "  Pekerja/buruh  dari  perusahaan  penyedia  jasa  pekerja/buruh  tidak  boleh  digunakan  oleh
              pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung
              dengan  proses  produksi,  kecuali  untuk  kegiatan  jasa  penunjang  atau  kegiatan  yang  tidak
              berhubungan langsung dengan proses produksi, " bunyi Pasal 66 UU Nomor 13 Tahun 2003.

              Sementara  di  pasal  PP  turunan  UU  Cipta  Kerja,  tak  dicantumkan  lagi  batasan  pekerjaan-
              pekerjaan apa saja yang dilarang dilakukan oleh pekerja alih daya.

              Dengan revisi ini, serikat buruh mengkhawatirkan kalau UU Cipta Kerja membuka kemungkinan
              bagi perusahaan outsourcing untuk mempekerjakan pekerja untuk berbagai tugas, termasuk
              pekerja lepas dan pekerja penuh waktu.

              Hal ini akan membuat penggunaan tenaga alih daya semakin bebas jika tak ada regulasi lain
              turunan dari UU Cipta Kerja.

              Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah, dalam suatu kesempatan tak menjelaskan secara spesifik
              apakah batasan pekerjaan outsourcing masih dibatasi atau diperluas dalam UU Cipta Kerja.

              Dalam penjelasannya terkait revisi pasal outsourcing di UU Cipta Kerja, Ida hanya mengatakan
              kalau perubahan terjadi pada prinsip pengalihan perlindungan.
              "Syarat-syarat dan perlindungan hak bagi pekerja dalam kegiatan alih daya atau outsourcing
              masih  tetap  dipertahankan.  Bahkan  dalam  kegiatan  alih  daya  UU  ini  memasukkan  prinsip
              pengalihan perlindingan hak bagi pekerja apabilaa terjadi pergantian perusahaan alih daya," kata
              Ida dalam keterangan resminya.
              Aturan yang dimaksud Ida di turunan UU Cipta Kerja adalah Pasal 19 ayat (1) PP Nomor 35
              Tahun 2021 yang menyebutkan, dalam hal perusahaan alih daya mempekerjakan pekerja/buruh
              berdasarkan PKWT, maka perjanjian kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan pelindungan
              hak bagi Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian perusahaan alih daya dan sepanjang obyek
              pekerjaannya tetap ada.

              "Persyaratan  pengalihan  pelindungan  hak  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  merupakan
              jaminan atas kelangsungan bekerja bagi Pekerja/Buruh yang hubungan kerjanya berdasarkan
              PKWT dalam Perusahaan Alih Daya," demikian bunyi Pasal 19 ayat (2) PP Nomor 35 Tahun 2021.

              Ayat  selanjutnya  mengatur,  dalam  hal  pekerja/buruh  tidak  memperoleh  jaminan  atas
              kelangsungan bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perusahaan alih daya bertanggung
              jawab atas pemenuhan hak pekerja/buruh.
              Pada awalnya, perusahaan outsourcing menyediakan jenis pekerjaan yang tidak berhubungan
              langsung dengan bisnis inti perusahaan dan umumnya tidak mempedulikan jenjang karier.

              Beberapa  pekerjaan  karyawan  outsourcing  antara  lain  operator telepon,  call  centre,  petugas
              keamanan,  dan  tenaga  pembersih  atau  cleaning  service.  Namun  saat  ini,  penggunaan
              outsourcing semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.

              .






                                                           95
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101