Page 136 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 136
Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, pada 2019 serapan tenaga kerja IHT mencapai
4.28 juta pekerja di industri manufaktur dan distribusinya serta 1,7 juta pekerja di perkebunan
tembakau. Di antara serapan tenaga kerja tersebut, sebagian besar bekerja sebagai buruh di
sektor SKT. Adapun pekerja di sektor SKT didominasi oleh perempuan sebagai buruh linting.
Budidoyo mengatakan kondisi IHT yang tengah terpuruk akibat pandemi dan penaikan cukai
tahun ini menyebabkan serapan tembakau dan cengkih menurun drastis. "Turunnya produksi
dan penjualan rokok ini turut berdampak buruk pada kesejahteraan masyarakat petani tembakau
dan cengkih serta pekerja linting rokok," katanya.
Penurunan produksi memicu pengurangan serapan tembakau sebesar 50.000 ton dari 50.000
hektare lahan pertanian tembakau. Apalagi, sektor SKT menggunakan lebih banyak tembakau
dan cengkih sebagai bahan baku ketimbang rokok mesin. Jika SKT dibebani dengan kenaikan
cukai, kemiskinan di daerah sentra industri tembakau pasti terjadi.
Selain itu, pada segmen rokok mesin, AMTI menolak tegas kenaikan cukai eksesif. Budidoyo
berharap penaikan cukai pada rokok mesin disesuaikan dengan angka inflasi alias satu digit saja.
Ketua Umum FSP Sudarto juga mendesak pemerintah untuk melindungi pekerja di industri IHT
dari kenaikan cukai tembakau. Apalagi, banyak buruh anggota FSP RTMM telah kehilangan
pekerjaan akibat tutupnya banyak pabrik rokok.
(RO/E-3)
135