Page 395 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 395
PEMPROV TAK NAIKKAN UMP KHAWATIR INDUSTRI MAKIN TERPURUK
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menyatakan, kebijakannya tak menaikan Upah Minimum Provinsi
(UMP) sudah berdasarkan pertimbangan. "Itu kan sesuai dengan apa namanya, surat edaran,
kenapa karena 60 persen industri di Indonesia ada di Jawa Barat, dan saat covid yang paling
terdampak itu adalah manufaktur," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan,
Senin (2/11).
Jadi, menurut Emil, bisa dibayangkan, 60 persen industri dari semua industri di indonesia ada di
Jabar. "Nah hasil kajiannya, dan kesepakatannya, kalau kenaikan, si manufaktur yang sudah
terpuruk ini akan lebih terpuruk lagi, sehingga nanti ujungnya PHK, kan kasian lah justru, lebih
terpuruk lagi," katanya.
Makanya, kata Emil, ia memohon dipermaklumkan. "Dan tidak bisa diperbandingkan, karena
tadi, di Jateng begitu, di DKI ada syarat kan, karena kami industrinya mayoritas ada di Jabar,"
paparnya.
Sebelumnya, menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar
Rachmat Taufik Garsadi, untuk menaikkan UMP dibutuhkan perhitungan mengacu pada survei
kebutuhan hidup layak (KHL), hasil pertumbuhan ekonomi provinsi, dan angka inflasi. Namun,
terkait penetapan ini Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar belum juga meluncurkan data terbaru.
"Nah sampai saat ini kami belum mendapatkan rilis terbaru dari BPS. Karena mereka baru akan
meriils data inflasi pada 2 November dan pertumbuhan ekonomi pada 4 November," ujar Taufik
dalam konferensi pers, Sabtu (31/10).
Taufik mengatakan, dengan belum adanya data tersebut Pemprov Jabar coba mengacu pada
data terakhir yakni triwulan II 2020. Berdasarkan data BPS Jabar, pertumbuhan ekonomi Jawa
Barat pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi sebesar -5,98 persen (yoy). Kontraksi ini lebih
dalam dibandingkan nasional yang juga mengalami kontraksi sebesar -5,32 persen (yoy).
Sedangkan untuk nilai inflasi, pada triwulan II Jabar tetap terkendali dan berada pada 2,21
persen (yoy). Realisasi tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II 2019 yang
mencapai sebesar 3,48 persen (yoy) maupun triwulan I 2020 yang sebesar 3,94 persen (yoy).
Dengan data yang cenderung negatif, kata dia, maka UMP Jabar sebenarnya bisa saja turun.
Namun, karena tidak ingin menurunkan pendapatan para pekerja di tengah pandemik COVID-
19, Pemprov Jabar kemudian mengacu pada surat edaran Menakertrans melalui Surat Edaran
Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/11/HK.04/X/2020 Tentang Penetapan Upah Minimum Tahun
2021 Pada Masa Pandemik Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)."Ini dasarnya dari penetapan
UMP Jabar untuk 2021 (yang tidak naik)," kata Taufik.
Pemprov Jawa Barat, kata dia, menetapkan UMP Jawa Barat pada 2020 sebesar Rp 1.810.351.
UMP itu tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Nomor 561/Kep.1046-Yanbangsos/2018
tentang UMP Jabar 2020. Dari angka ini, Taufik berharap pemerintah kabupaten/kota bisa
mengikutinya.
UMP ini, menurutnya, akan menjadi dasar dalam penetapan upah mininum kabupaten/kota
(UMK) di 27 daerah di Jabar. "Jangan ada lagi upah minimum kabupaten/kota di bawah UMP,"
katanya.
Terkait dengan kemungkinan adanya kenaikan UMK, Taufik tidak menutup hal tersebut. Dia
menyerahkan kebijaksanaan kepada pemerintah daerah untuk menetapkannya. Namun, batas
akhir dalam penyampaian UMK tersebut pada 21 November 2020. Pemda harus bisa menjelaskan
secara rinci jika memang ingin menaikkan upah pekerja di daerahnya.
394