Page 73 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 FEBRUARI 2021
P. 73

KEKHAWATIRAN KSBSI ATAS ATURAN KEMNAKER BARU YANG BOLEHKAN UPAH
              PEKERJA DISESUAIKAN
              Kementerian    Ketenagakerjaan    (Kemnaker)     telah   mengeluarkan    Peraturan   Menteri
              Ketenagakerjaan nomor 2 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pengupahan pada Industri Padat
              Karya Tertentu dalam Masa Pandemi Covid-19.

              Dengan aturan ini, perusahaan industri padat karya tertentu yang terdampak pandemi Covid-19
              dapat melakukan penyesuaian besaran dan cara pembayaran upah pekerja/buruh.

              Presiden  Konfederasi  Serikat  Buruh  Seluruh  Indonesia  (KSBSI)  Elly  Rosita  Silaban  pun
              mengkhawatirkan penerapan aturan ini, atau penyesuaian besaran dan cara pembayaran upah
              para pekerja akan dilakukan tanpa sosialisasi terlebih dahulu. Apalagi aturan ini sudah berlaku
              sejak tanggal diundangkan yakni pada 15 Februari.

              "Yang kami khawatirkan, ini menjadi sesuatu yang akan dilaksanakan tanpa ada negosiasi dan
              sosialisasi, dan akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang tidak terdampak dan memang
              mempekerjakan banyak buruh," ujar Elly kepada Kontan, Kamis (18/2).

              Menurut Elly, hingga Peraturan Menteri ini diterbitkan, pihaknya pun belum mengetahui terkait
              aturan ini. Padahal, menurutnya bila aturan ini disosialisasikan terlebih dahulu masih ada waktu
              untuk berdiskusi terkait penyesuaian upah ini.

              Elly pun mengatakan, bisa jadi dengan adanya aturan ini banyak pekerja/buruh yang menerima
              pemberlakuan aturan tersebut begitu saja. Apalagi menurutnya masih banyak pekerja yang tidak
              bergabung dengan serikat buruh, sehingga tak mengerti terkait isu ini bahkan tidak memahami
              soal negosiasi.

              Permenaker  ini  juga  menyebut  bahwa  penyesuaian  yang  dilakukan  oleh  perusahaan  industri
              padat karya harus dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh.
              Namun, Elly khawatir hal ini justru tak akan dilakukan tanpa kesepakatan.

              "Mayoritas akan dilakukan tanpa kesepakatan, karena bersepakat dengan siapa? tim rundingnya
              dengan siapa? Mungkin kalau ada 5.000 buruh dipanggil untuk mendiskusikan itu kan tidak.
              Kalau ada serikat buruh kan berarti pengurus serikat buruh saja yang diajak untuk mewakili
              semuanya.  Jadi  kami  khawatirkan  ini  tidak  ada  persetujuan,  tidak  ada  sosialisasi  tetapi
              dilaksanakan," terangnya.

              Dia pun mengatakan walaupun aturan tersebut mengharuskan adanya kesepakatan, tetapi Elly
              menyebut biasanya kesepakatan yang dibuat tak pernah memuaskan, dia menilai kesepakatan
              yang dibuat justru hanya menguntungkan satu pihak tertentu.

              Tak hanya soal aturan yang belum tersosialisasi dengan baik, Elly pun menyoroti terkait kriteria
              yang ditetapkan dalam Permenaker ini. Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa industri padat
              karya tertentu tersebut adalah industri yang memiliki pekerja/Buruh paling sedikit 200 orang dan
              persentase biaya tenaga kerja dalam biaya produksi paling sedikit sebesar 15%.

              Selain menetapkan kriteria, permenaker ini juga menyebut bahwa industri padat karya yang
              dimaksud meliputi industri makanan, minuman, dan tembakau, industri tekstil dan pakaian jadi,
              industri kulit dan barang kulit, industri alas kaki, industri mainan anak, dan industri furnitur.

              Menurut Elly, dengan aturan ini maka bisa saja perusahaan yang memiliki pekerja lebih besar
              dan tak terdampak mengikuti aturan ini. Dia juga berpendapat tak seluruh pekerja mengetahui
              terkait persentase biaya tenaga kerja dan biaya produksi yang dimaksud.




                                                           72
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78