Page 111 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 FEBRUARI 2021
P. 111

pada Pengelolan Keuangan dan Dana Investasi oleh PT. Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS)
              Ketenagakerjaan
              negative - Jampidsus (jaksa) Tim jaksa penyidik telah melakukan penggeledahan di kantor pusat
              BPJS Ketenagakerjaan di kawasan Jakarta Selatan dan menyita data serta dokumen



              Ringkasan

              Tim Jampidsus Kejaksaan Agung (Kejagung) memeriksa delapan saksi terkait perkara dugaan
              Tindak  Pidana  Korupsi  (Tipikor)  pada  Pengelolaan  Keuangan  dan  Dana  Investasi  di  BPJS
              Ketenagakerjaan.  Pemeriksaan  saksi  dilakukan  guna  mengumpulkan  alat  bukti  terkait  kasus
              tersebut. Delapan saksi diperiksa yakni FL selaku Dealer PT. Kresna Sekuritas, PI selaku Deputi
              Direktur Bidang Pasar Modal BPJS TK, CT selaku Dealer Pasar Uang BPJS TK, IH selaku Asisten
              Deputi  Bidang  Pasar  Uang  BPJS  TK,  EIS  selaku  Direktur  Operasional  dan  Keuangan  PT.
              Danareksa  Investment  Management,  VD  selaku  Head  Product  PT.  Schroder  Investment
              Management Indonesia, ABY selaku Direktur Utama PT. Samuel Asset Management, dan HK
              selaku Deputi Direktur Bidang Investasi Langsung BPJS TK.



              DUGAAN KORUPSI, PDIP MINTA PEMERINTAH BUKTIKAN BPJS MASIH BISA
              DIPERCAYA KELOLA DANA PUBLIK
              JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Muchamad Nabil Haroen meminta
              pemerintah membuktikan bahwa BPJS masih bisa dipercaya mengelola dana publik. Pernyataan
              Nabil merujuk kepada adanya dugaan korupsi yang terjadi di BPJS Ketenagakerjaan.

              "Pemerintah harus membuktikan bahwa BPJS masih sebagai institusi penting yang bisa dipercaya
              mengelola dana publik untuk asuransi kesehatan. Trus atau kepercayaan ini sangat penting,
              karena  jadi  instrumen  utama  dari  pengelolaan  asuransi  dan  dana  publik,"  ujar  Nabil,  ketika
              dihubungi Tribunnews.com, Rabu (17/2/2021).

              Menurutnya, dugaan korupsi di BPJS Ketenagakerjaan harus diusut secara tuntas. S ebab hal itu
              adalah kejahatan besar jika benar terbukti ada korupsi di BPJS. Dia menyayangkan bila benar
              korupsi terjadi, lantaran iuran itu dibayar dari kerja keras dan keringat warga.

              Bahkan, ada jutaan warga miskin yang tetap bayar BPJS, menggantungkan kepercayaan kepada
              lembaga itu.

              "Maka harus diusut betul, jangan sampai ada kelalaian, serta harus ada perbaikan mendasar dari
              sisi manajemen dan audit internal," ungkapnya.

              Lebih  lanjut,  Nabil  mengatakan  pentingnya  transformasi  manajemen  internal  dan  optimasi
              pengelolaan  data.  Menurutnya  di  BPJS,  yang  mengelola  dana  besar sekaligus  lembaga  yang
              data-driven, harus ada pengelolaan strategis atas data yang terintegrasi.

              "Sehingga  ke  depan  menjadi  penting  untuk  transformasi  data  yang  terintegrasi,  agar
              pengelolaan menjadi transparan, bisa merespon kebijakan untuk masa depan berbasis data yang
              dikelola.  Sekaligus,  juga  memangkas  kemungkinan  ada  penyalahgunaan  dana  di  internal,"
              tandas Nabil.

              Sebelumnya diberitakan, Kejaksaan Agung RI memperkirakan kerugian negara dugaan kasus
              tindak pidana korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi BPJS Ketenagakerjaan
              mencapai Rp 20 triliun.


                                                           110
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116