Page 112 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 FEBRUARI 2021
P. 112

Angka itu dibukukan hanya dalam 3 tahun saja. Demikian disampaikan oleh Direktur Penyidikan
              Jaksa  Agung  Muda  Tindak  Pidana  Khusus  (JAM  Pidsus)  Febrie  Adriansyah.  Hal  itu  sekaligus
              menjawab kemungkinan kasus BPJS Ketenagakerjaan hanya sebatas risiko bisnis.

              "Kalau kerugian bisnis, apakah analisanya ketika di dalam investasi itu selemah itu sampai 3
              tahun bisa merugi sampai Rp 20 triliun sekian. Sekalipun ini masih menurut dari orang keuangan
              masih potensi," kata Febrie di Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Kamis (11/2/2021).

              Febrie juga menjawab kemungkinan kasus BPJS Ketenagakerjaan sebagai unrealized loss atau
              risiko bisnis. Unrealized loss sendiri biasa digunakan dalam perdagangan di pasar saham.

              Artinya,  kondisi  penurunan  nilai  aset  investasi  saham  atau  reksadana  sebagai  dampak  dari
              fluktuasi pasar modal yang tidak bersifat statis.

              Febrie menyampaikan kasus yang dialami BPJS Ketenagakerjaan hampir tidak mungkin dalam
              kondisi unrealized loss. Sebab, kerugian yang diterima perseroan mencapai Rp 20 triliun dalam
              3 tahun saja.

              "Nah sekarang saya tanya kembali dimana ada perusahaan-perusahaan lain yang bisa unrealized
              loss (Rp 20 triliun) dalam 3 tahun. Ada nggak seperti itu? saya ingin denger dulu," ungkap dia.

              Kendati demikian, pihaknya masih menunggu laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait
              kerugian negara dalam kasus BPJS Ketenagakerjaan.

              "BPK  yang  menentukan  kerugian.  Ini  nanti  kita  pastikan  kerugiannya  ini.  Karena  perbuatan
              seseorang ini masuk ke kualifikasi pidana atau seperti yang dibilang tadi kerugian bisnis," tandas
              dia.

              Sebagai informasi, Kejaksaan Agung RI sebelumnya menduga adanya tindak pidana korupsi yang
              terjadi  dalam  tubuh  PT  Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  (BPJS)  berkaitan  dengan
              pengelolaan dana investasi.

              Kapuspenkum Kejagung RI Leonard Eben Ezer Simanjuntak mengatakan bahwa kasus tersebut
              kini telah ditingkatkan menjadi penyidikan.

              Penyidik  menemukan  dugaan  pelanggaran  pidana  dalam  urusan  keuangan  perusahaan  pelat
              merah tersebut.
              "Tim  Jaksa  Penyidik  pada  Jaksa  Agung  Muda  Tindak  Pidana  Khusus  mulai  melakukan
              pemeriksaan terhadap pihak-pihak terkait sebagai saksi dalam dugaan Dugaan Perkara Tindak
              Pidana Korupsi pada Pengelolan Keuangan dan Dana Investasi oleh PT. Badan Pengelola Jaminan
              Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan," kata Leonard dalam keterangan resmi, Selasa (19/1/2021).

              Kasus tersebut ditingkatkan menjadi penyidikan pada Januari 2021 ini. Kasus tersebut ditangani
              oleh  penyidik  pada  Jampidsus  berdasarkan  surat  perintah  penyidikan  Nomor:  Print-
              02/F.2/Fd.2/01/2021.
              Penyidik saat ini tengah memeriksa sejumlah saksi untuk mendalami kasus tersebut. Selain itu,
              sejumlah dokumen sudah sempat disita oleh Kejagung dalam penggeledahan kantor pusat BPJS
              Ketenagakerjaan di wilayah Jakarta, Senin (18/1) kemarin.

              Namun demikian, belum ada tersangka dalam kasus tersebut. Sebaliknya, pihaknya masih belum
              membeberkan secara detil duduk perkara kasus tersebut.

              "Tim jaksa penyidik telah melakukan penggeledahan di kantor pusat BPJS Ketenagakerjaan di
              kawasan Jakarta Selatan dan menyita data serta dokumen," tukasnya.


                                                           111
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117