Page 129 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 129

berstatus  kontrak  maupun  tetap.  Sebelumnya,  dalam  UU  Ketenagakerjaan,  pekerja  kontrak
              belum mendapat perlindungan yang sama dengan pekerja tetap.
              Namun, tentu kita harus jemih melihat bahwa ada pula pasal-pasal yang layak disambut dengan
              kekecewaan oleh buruh. Hal yang paling mencolok adalah pengurangan pesangon pemutusan
              hubungan kerja (PHK) yang dari semula maksimal 32 kali upah, sekarang menjadi maksimal 25
              kali upah.

              Jumlah itu signifikan bagi seorang karyawan dan itu merupakan buah masa bakti dalam rentang
              waktu panjang. Bayangkan, jika seorang yang mendapatkan upah bulanan Rp4 juta, dengan
              ketentuan baru ini dia akan kehilangan Rp4 juta x 7 atau sama dengan Rp28 juta.

              Pasal yang juga menuai kekecewaan buruh adalah penghapusan batas waktu perjanjian kerja
              waktu tertentu atau pekerja kontrak yang semula dibatasi 2 tahun. Alhasil, pemberi kerja berhak
              tidak mengangkat seorang karyawan kontrak dan dapat terus mempekerjakannya untuk waktu
              tidak terbatas.
              Jadi, memang ada sejumlah yang layak mengundang kekecewaan buruh atau karyawan, meski
              di sisi lain ada hal positif bagi pekerja. Namun, hal negatif bagi seorang karyawan, dampaknya
              akan  terasa  sangat  besar  seperti  contoh  di  atas,  sehingga  mereka  pun  bersuara  keras.
              Bagaimanapun, kita tetap harus jemih melihatnya. Semoga, meski UU Cipta Kerja telah disahkan,
              tetap terbuka jalan tengah yang dapat diterima semua pihak.





















































                                                           128
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134