Page 282 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 282

Massa pekerja/ buruh di berbagai daerah, misalnya, menggelar aksi unjuk rasa diikuti mogok
              kerja pada 6 hingga 8 Oktober. Aksi itu juga diikuti mahasiswa.
              Mereka  menyuarakan  penolakan  terhadap  UU  Cipta  Kerja  yang  isinya  dianggap  merugikan
              masyarakat. Proses pembentukannya pun dinilai minim pelibatan publik.

              Elemen  buruh  tengah  mempertimbangkan  akan  melakukan    judicial  review    atau  uji  materi
              terhadap UU Cipta Kerja ke  Mahkamah Konstitusi  .

              Wakil Ketua Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) Jumisih menuturkan, pertimbangan
              uji  materi  tersebut  merupakan  salah  satu  langkah  litigasi  dalam  melanjutkan  perlawanan
              menolak UU Cipta Kerja.

              Adapun pertimbangan  judicial review  tersebut berangkat dari adanya deretan pasal-pasal yang
              mengurangi hak pekerja.
              Lantas, seperti apa tata cara dan syarat  judicial review  atau uji materi ke Mahkamah Konstitusi?
              Pakar Hukum Tata Negara Universitas Sebelas Maret (UNS) Agus Riwanto menyatakan, bagi para
              pihak yang keberatan atas terbitnya UU Cipta Kerja ini bisa melakukan uji materi atau  judicial
              review  ke MK.

              Hal itu, kata Riwanto, juga sudah diatur dalam Pasal 24 C UUD 1945.

              "Kan sudah diatur dalam Pasal 24 huruf C UUD 1945 itu mengatur mengenai MK, salah satunya
              melakukan  uji  materi  terhadap  UU  yang  bertentangan  dengan  UUD  1945,"  kata  Agus  saat
              dihubungi  Kompas.com,  Kamis (8/10/2020).

              Menurutnya  pihak  yang  merasa  dirugikan  bisa  menguji  dan  menafsirkan  apakah  UU  ini
              bertentangan dengan prinsip-prinsip konstitusi dan norma-norma di dalam UUD 1945.

              Dalam hal ini, pertama harus melihat dahulu aspek-aspek kerugian konstitusional yang diderita
              oleh para pihak yang merasa dirugikan atas terbitnya UU ini.
              "Kerugian konstitusional itu bisa menyangkut sesuatu yang bersifat langsung, artinya, kalau ada
              pasal atau ayat di dalam UU itu secara langsung hak seseorang dirugikan," jelas Agus.

              "Kedua,  kerugian  potensial.  Artinya  kerugian  itu  belum  nyata,  tetapi  kalau  nanti  UU  itu
              diundangkan, ada masyarakat yang dirugikan," imbuhnya.

              Agus menambahkan, uji materi ke MK memiliki dua prinsip.

              Pertama,  yang  diuji  bisa  bersifat  formil.  Artinya,  apakah  UU  itu  secara  hukum  acara
              pembuatannya sudah sesuai seperti yang diatur dalam UU.

              "Kan ada UU yang mengatur mengenai bagaimana tata cara membuat peraturan perundang-
              undangan,  yaitu  UU  Nomor  11  tahun  2012  tentang  Pembentukan  Peraturan  Perundang-
              undangan," kata Agus.

              Kedua, yang diuji bisa bersifat materil.

              Dengan kata lain meminta MK untuk menguji apakah isi pasal-pasal dan ayat-ayat di UU itu
              apakah melanggar UUD 1945 atau tidak.

              Melansir    indonesia.go.id,  judicial  review    atau  hak  uji  materi  merupakan  proses  pengujian
              peraturan  perundang-undangan  yang  lebih  rendah  terhadap  peraturan  perundang-undangan
              lebih tinggi yang dilakukan oleh lembaga peradilan.

              Dalam praktiknya,  judicial review  Undang-Undang terhadap UUD 1945 dilakukan oleh MK.
                                                           281
   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287