Page 401 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 401

Lantas, Didi membandingkannya dengan bahan-bahan untuk tapat di tingkat komisi dan badan
              yang bisa didapatkannya beberapa hari sebelumnya.
              Didi mempertanyakan kenapa justru RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang berdampak luas pada
              kehidupan kaum buruh, UMKM, lingkungan hidup dan lain-laim tidak tampak naskah RUU-nya.

              "Sungguh ironis RUU Ciptaker yang begitu sangat penting. Tidak selembar pun ada di meja kami.
              Harusnya pimpinan DPR memastikan dulu bahwa RUU yang begitu sangat penting dan krusial
              yang berdampak pada nasib buruh, pekerja, UMKM, lingkungan hidup dan lain-laik sudah ada di
              tangan seluruh anggota DPR, baik yang fisik dan virtual," ucapnya.

              Selain itu, Didi melihat ada kejanggalan lainnya, yaitu undangan rapat diberitahu hanya beberapa
              jam sebelum paripurna.

              Menurutnya, undangan rapat tersebut telah memecahkan rekor undangan secepat kilat.
              "Ada apa gerangan ini? Sungguh tidak etis untuk sebuah RUU sepenting dan krusial ini. Padahal
              sudah  dijadwal  sebelumnya  akan  dilakukan  pada  tgl  8  Oktober  2020.  Tiba-tiba  menjadi  5
              Oktober,  tanpa  informasi  yang  cukup  dan  memadai.  Sehingga  rapat  itu  menjadi  rapat  yang
              dadakan, tergesa-gesa dan dipaksakan," kata Didi.

              AHY Minta Maaf  Ketua Umum  Partai Demokrat  Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meminta
              maaf kepada masyarakat Indonesia, khususnya para buruh dan pekerja.

              Permintaan maaf itu disampaikan setelah disahkannya Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
              dalam Sidang Paripurna DPR RI , Senin (5/10).

              AHY  meminta  maaf  karena  partainya  belum  memiliki  cukup  suara  untuk  memperjuangkan
              kepentingan rakyat, dalam hal ini menolak  RUU Cipta Kerja  .

              "Saya  mohon  maaf pada  masyarakat  Indonesia,  khususnya  buruh  dan pekerja,  karena  kami
              belum  cukup  suara  untuk  bisa  memperjuangkan  kepentingan  rakyat.  Insya  Allah  kita  terus
              memperjuangkan harapan rakyat," ujar AHY, dalam keterangan tertulis, Senin (5/10/2020).

              Fraksi  Partai Demokrat  (F-PD) pun, lanjut AHY, tetap memutuskan menolak  RUU Cipta Kerja
              setelah mempertimbangkan berbagai faktor.

              "Keputusan  kami  ini  sudah  disampaikan  oleh  F-PD  dalam  Pandangan  Akhir  Mini  Fraksi  pada
              Pengesahan Tingkat I di Rapat Kerja Badan Legislasi DPR RI (Sabtu, 3 Oktober 2020), dan kami
              sampaikan  lagi  dalam  pendapat  fraksi  Sidang  Paripurna  DPR  RI.  Sebagai  penegasan  atas
              penolakan kami tersebut, Fraksi Partai Demokrat walk-out dari Sidang Paripurna DPR RI Senin
              (5 Oktober) sore ini," katanya.

              Menurut AHY,  RUU Cipta Kerja  ini tidak memiliki urgensi. Dia mengatakan saat ini seharusnya
              semua pihak fokus pada penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi.

              Baginya, RUU tersebut terkesan dipaksakan, berat sebelah, dan banyak pasal yang merugikan
              kaum buruh dan pekerja yang jumlahnya besar sekali.


              Selain itu, AHY melihat RUU tersebut berbahaya. Karena membuat pergeseran dari Ekonomi
              Pancasila yang dianut Indonesia menjadi Neo-Liberalistik.

              "Nampak sekali bahwa Ekonomi Pancasila akan bergeser menjadi terlalu Kapitalistik dan Neo-
              Liberalistik. Tentu,  menjadi  jauh  dari  prinsip-prinsip  keadilan  sosial.  Alih-alih  berupaya  untuk
              menciptakan lapangan kerja secara luas, RUU tersebut berpotensi menciptakan banyak sekali
              masalah lainnya," ungkapnya.


                                                           400
   396   397   398   399   400   401   402   403   404   405   406