Page 100 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 DESEMBER 2020
P. 100
Ringkasan
Tahun 2020 akan dikenang sebagai tahun yang khusus dalam sejarah Indonesia, termasuk juga
pers. Pandemi yang dimulai sejak Maret 2020 ini membawa dampak besar bagi pers dan jurnalis,
yang ditandai dengan penutupan media, dilakukannya upaya efisiensi yang berbuntut pada
lahirnya pemutusan hubungan kerja (PHK), penundaan dan pemotongan gaji.
"Semua langkah untuk bertahan dari krisis itu berdampak pada kinerja media, cara kerja jurnalis,
dan juga kesejahteraannya," ujar Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan
dalam Catatan Akhir Tahun AJI 2020 yang diterima Beritasatu.com, Selasa (29/12/2020).
2020, TAHUN KELAM BAGI JURNALIS INDONESIA
Tahun 2020 akan dikenang sebagai tahun yang khusus dalam sejarah Indonesia, termasuk juga
pers. Pandemi yang dimulai sejak Maret 2020 ini membawa dampak besar bagi pers dan jurnalis,
yang ditandai dengan penutupan media, dilakukannya upaya efisiensi yang berbuntut pada
lahirnya pemutusan hubungan kerja (PHK), penundaan dan pemotongan gaji.
"Semua langkah untuk bertahan dari krisis itu berdampak pada kinerja media, cara kerja jurnalis,
dan juga kesejahteraannya," ujar Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan
dalam Catatan Akhir Tahun AJI 2020 yang diterima Beritasatu.com, Selasa (29/12/2020).
Hadir dalam acara itu Sekjen Revolusi Riza, Ketua Bidang Advokasi Sasmito Madrin, Wawan Abk
Ketua Bidang Ketenagakerjaan, dan Endah Lismartini Ketua Bidang Gender, Anak dan kelompok
Marjinal.
Abdul Manan mengatakan di tengah tekanan berat dari sisi ekonomi, ancaman juga datang dari
sisi kebebasan. Tahun 2020 menandai babak baru dalam kasus kekerasan terhadap jurnalis.
Divisi Advokasi AJI mencatat ada 84 kasus selama 2020. Jumlah ini bukan hanya lebih banyak
dari tahun 2019 yang mencatat 53 kasus, tapi menjadi jumlah paling tinggi sejak AJI memonitor
kasus kekerasan terhadap jurnalis sejak lebih dari 10 tahun lalu.
Dari segi jenis kekerasan, yang paling mendominasi adalah intimidasi dan kekerasan fisik. Namun
perkembangan yang lebih merisaukan adalah meningkatnya kualitas jenis serangan digital
terhadap media.
"Kekerasan ini juga merupakan dampak ikutan dari pandemi. Sebab, serangan terhadap media
secara siber itu terjadi dengan menyasar media dan jurnalis karena pemberitaannya yang
memuat semangat kontrol sosial terhadap pemerintah dalam menangani pandemi," kata Abdul
Manan.
Dijelaskan AJI mencatat setidaknya ada 84 kasus kekerasan terhadap jurnalis dari 1 Januari - 25
Desember 2020. Jumlah ini merupakan yang terbanyak sejak AJI melakukan pendataan
kekerasan terhadap jurnalis pada 2006.
"AJI menduga kekerasan terhadap jurnalis di lapangan masih lebih banyak yang belum tercatat
karena keterbatasan sumber daya manusia untuk memverifikasi kasus. Ini seperti yang terjadi
di sejumlah wilayah Papua dan Papua Barat," tutur Abdul Manan.
Berdasarkan data Divisi Advokasi AJI, kasus kekerasan terbanyak terjadi di Jakarta (17 kasus),
disusul Malang (15), Surabaya (7), Samarinda (5), Palu, Gorontalo, Lampung masing-masing 4
kasus.
99