Page 14 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 DESEMBER 2021
P. 14
Tak berhenti di situ lanjut Yuli, dari sisi upah, pekerja perempuan pun masih di bawah laki-laki
dalam prakteknya. Dan ini jadi tantangan tersendiri terkait terciptanya kesetaraan antara laki-
laki dan perempuan dalam dunia kerja.
Kita juga harus respek terhadap bagaimana meningkatkan suara perempuan untuk bisa berperan
aktif di dalam pengambilan keputusan. Bagaimana agar mereka juga bisa memperjuangkan
haknya untuk setara dengan laki-laki.
Tentu kita berikan ruang yang cukup, ruang yang luas untuk meningkatkan peran serta
perempuan di dalam pengambilan keputusan, termasuk di dunia kerja. Dan kalau kita lihat di
dalam pekerjaan, contoh di dunia Serikat Pekerja, sebagian besar pengurusnya adalah laki-laki,
nah ini menjadi tantangan kita semua kita respect untuk memberikan peluang bagi kaum
perempuan berkiprah di ranah public.
Apalagi kemarin kita baru memperingati Hari Ibu, beber Yuli. Kemudian, Yuli pun mendorong
agar kita memberikan ruang yang cukup, bagaimana membangun, mengembangkan profesi,
mengembangkan potensi diri bagi pekerja perempuan, yang memang dari sisi pendidikan
posisinya juga juga masih di bawah laki-laki.
Makanya kita perlu memperjuangkan bagaimana ada kesetaraan. Kemudian kita juga perlu
pastikan ada jaminan terhadap perlindungan bagi pekerja perempuan, misalnya jaminan atas
keselamatan kerja, jaminan pemberian jaminan sosial, termasuk alat pelindung diri yang
memang dibutuhkan di dalam pekerjaannya.
Tentu alat pelindung diri inipun harus disesuaikan dengan karakteristik dari perempuan itu
sendiri, ujarnya.
Yuli lantas mengatakan, bahwa dari sisi Ketenagakerjaan, pihaknya juga sudah memberikan
ruang yang luas, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan di dalam memperoleh
kesempatan dan juga mendapatkan pengupahan. Dan, jaminan sosial pun sama antar pekerja
laki-laki dan perempuan.
Bahkan di dalam undang-undang ketenagakerjaan bahwa hak-hakyang wajib dilindungi oleh
perusahaan, misalnya ketika menjalankan fungsi reproduksi mengalami haid ada kesempatan
istirahat hari pertama dan kedua. Dan itu harus diberikan upah ketika dia menjalankan istirahat
haid.
Kemudian ketika mengalami hamil, maka ada istirahat satu setengah bulan sebelum saatnya
melahirkan,dan juga satu setengah bulan setelah melahirkan. Dua hal ini punya tujuan yang
sangat baik.
Kemudian ketika menjalankan istirahat setelah melahirkan satu setengah bulan, tentu ini dapat
diperpanjang kalau memang menurut keterangan dokter bisa diperpanjang. Nah kemudian
ketika sudah memiliki bayi kemudian ketika masih bekerja, maka perusahaan juga wajib
menyiapkan tempat yang sepatutnya untuk memberi kesempatan bagi pekerja perempuan untuk
menyusui bayinya.
Dalam praktik, perusahaan didorong untuk menyiapkan Pojok Laktasi. Dengan menyiapkan
peralatan, sarana untuk si ibu, terang Yuli.
Untuk mendorong pelaksanaan perlindungan pekerja perempuan mulai dari menjalankan
istirahat haid sampai pada menyusui tadi, kata Yuli, Kemnaker juga menggandeng dan mengajak
peran serta dari Serikat Pekerja dan Serikat Buruh.
13