Page 73 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 FEBRUARI 2020
P. 73

Title          GUGAT UU PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN, ASPATAKI AKAN TERUS BERJUANG DI MK
               Media Name     beritasatu.com
               Pub. Date      19 Februari 2020
                              https://www.beritasatu.com/nasional/600954/gugat-uu-perlindungan-peker ja-migran-
               Page/URL
                              aspataki-akan-terus-berjuang-di-mk
               Media Type     Pers Online
               Sentiment      Negative







               Asosiasi Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (Aspataki) siap
               memperjuangkan kepentingan para pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.
               Perjuangan ini akan dilakukan Aspataki lewat pengajuan uji materi UU No 18 Tahun
               2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI) ke Mahkamah
               Konstitusi (MK). Ada tiga pasal tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia yang
               digugat Aspataki ke Mahkamah Konstitusi.

               Saiful Mashud selaku Ketua Umum Aspataki mengatakan selama UU No 39/2004
               swasta alias PPTKIS sangat sering dihadapkan dengan permasalahan TKI baik pra
               penempatan, semasa penempatan, ataupun purnapenempatan. Ketika UU 39/2004
               dinyatakan tidak berlaku dengan diterbitkanya UU No 18/2017, maka swasta
               alias/P3MI (Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia) sudah bisa bernafas
               lega karena substansi perlindungan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 82 UU
               39/2004 tidak diakomodir dalam pasal pasal UU 18/2017.

               Namun menurut Aspataki dikatakan Saiful, hal itu jelas merugikan para pekerja
               migran Indonesia.

               "Kenapa saya bilang begitu. Jadi kalau pekerja migran ini bekerja kemudian di sana
               pindah hingga tidak sama dengan perjanjian kerjanya, pindah itu bisa saja kita tidak
               tahu, bisa saja karena memang kepingin pindah atau majikannya yang
               memindahkan dan pekerja migrannya setuju tapi kita (Perusahaan Penempatan
               Pekerja Migran) di sini dipidana, padahal ini tidak terjadi di Indonesia, dan sudah
               bukan kewenangan Perusahaan. Jadi kalau kita kembali pada hukum ajaran pidana
               Indonesia, jelas kita tidak bisa diadili karena kita tidak melakukan apa-apa di sini.
               Hal itu yang kami perjuangkan melalui MK agar para pekerja migran Indonesia yang
               bekerja diluar negeri bisa memperoleh keadilan," jelas Saiful dalam keterangannya,
               Rabu (19/2/2020).

               Ditambahkan Saiful, dengan adanya UU No 18 tahun 2017 ini, perusahaan
               penempatan tenaga kerja Indonesia jadi terbatas ruang geraknya. Hal ini lantaran
               aturan dari Undang Undang ini kewenangan yang dahulu biasa dilakukan oleh
               Perusahaan Penempatan Pekerja Migran diambil alih oleh Pemerintah.

               "Dulu, perusahaan merekrut, membekali dengan pelatihan, mengurus dokumen
               seperti pasport, visa sampai pemeriksaan kesehatan. Namun sekarang semua
               diambil alih pemerintah lewat Layanan Terpadu satu Atap (LTSA). Sampai saat ini,




                                                       Page 72 of 185.
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78