Page 125 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 SEPTEMBER 2020
P. 125

BALEG KLAIM PESANGON DISEPAKATI DALAM OMNIBUS LAW CIPTA KERJA

              Jakarta -  Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat (  Baleg DPR  ) mengklaim sejumlah poin-
              poin dalam klaster ketenagakerjaan RUU  Omnibus Law  Cipta Kerja (  RUU Ciptaker  ) sudah
              disepakati dalam pembahasan dengan pemerintah.

              Anggota  Baleg  DPR  Firman  Soebagyo  mengatakan  poin-poin  yang  disepakati,  antara  lain
              pesangon, upah minimum, dan Jaminan kehilangan pekerjaan (JKP). Ia bilang seluruh fraksi di
              Baleg DPR menyetujui poin-poin tersebut setelah mendapatkan masukan dari berbagai elemen
              termasuk serikat pekerja dan pengusaha.

              "Soal pesangon, upah minimum, dan jaminan kehilangan pekerjaan semuanya sudah diketok
              palu dan tuntas dibahas," kata Firman dikutip dari pernyataan resmi, Senin (28/9).

              Salah satu poin yang disepakati, lanjutnya, terkait besaran pesangon pekerja tetap sebesar 32
              kali  gaji.  Rinciannya,  sebanyak  23  kali  ditanggung  oleh  pemberi  kerja,  sedangkan  sisanya
              ditanggung oleh pemerintah.

              "Ini seperti Undang-Undang (UU) eksisting atau yang berlaku sekarang, yaitu pesangon tetap
              32 kali gaji," tuturnya.

              Dalam kesempatan terpisah, Ketua Baleg DPR Supratman Andi Agtas mengatakan poin lainnya
              yang telah disetujui adalah penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), yang dijalankan
              dengan kriteria tertentu.
              Ia memastikan pemberian UMK akan ditetapkan dengan menyesuaikan tingkat inflasi dan tidak
              dikelompokkan secara sektoral.

              "RUU ini dirancang untuk menjamin upah yang paling tinggi agar tidak turun. UMK tetap ada
              dengan dasar perhitungan pertumbuhan dan inflasi daerah," katanya.

              Poin-poin lainnya yang diklaim mencapai mufakat dalam klaster ketenagakerjaan adalah terkait
              JKP, Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Semua jaminan kehilangan
              pekerjaan tersebut, lanjutnya, disetujui untuk tetap disubsidi melalui upah dengan menggunakan
              data BPJS Ketenagakerjaan.

              Oleh sebab itu, ia menuturkan iuran peserta tetap disubsidi dan ditanggung oleh pemerintah.
              Sementara, realisasinya bisa diatur sebagai bagian dari iuran BPJS Ketenagakerjaan.

              "Status  Pekerja  Kontrak  Waktu  Tertentu  (PKWT)  akan  diberikan  jaminan  kepastian  dan
              perlindungan untuk para pekerjanya. Ini akan berlaku juga untuk pekerja  outsourcing  (alih
              daya)," jelasnya.

              Nantinya, skema dan besaran jaminan kehilangan pekerjaan ini akan diatur oleh pemerintah.
              Pada  dasarnya,  tambah  dia,  skema  dan  besaran  jaminan  tidak  akan  banyak  berubah  dari
              ketentuan yang berlaku saat ini.
              Sebelumnya,  Menteri  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Airlangga  Hartarto  memastikan
              pembahasan RUU Omnibus Law Ciptaker akan selesai dalam masa sidang paripurna tahun ini.
              Airlangga  mengklaim  beberapa  hal  yang  krusial  sudah  selesai  dibahas  antara  pemerintah,
              pengusaha, dan pekerja.
              "Tadi disampaikan di pidato di DPR ditargetkan selesai di masa sidang ini," ucap Airlangga belum
              lama ini.





                                                           124
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130