Page 36 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 02 OKTOBER 2020
P. 36

BURUH MOGOK HADAPI RUU CIPTA KERJA

              Pandemi  Covid-19  menyeret  banyak  negara  ke  dalam  resesi  ekonomi.  Di  tengah  situasi  tak
              menentu, pembahasan RUU Cipta Kerja tetap dikebut.

              Polemik  membayangi  rencana  pemerintah  dan  DPR  yang  akan  mengesahkan  Rancangan
              Undang-Undang Cipta Kerja dalam waktu dekat. Resistensi atas rencana pengesahan RUU itu
              datang dari kelompok buruh yang berencana menggelar aksi mogok kerja nasional.

              Di tengah pandemi Covid-19 yang mengakibatkan krisis kesehatan dan berlanjut menjadi krisis
              ekonomi, pemerintah diingatkan agar tidak terburu-buru merealisasikan rencana mengesahkan
              RUU Cipta Kerja.

              Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2020 ada 137,91 juta orang angkatan
              kerja di Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 131,03 juta orang bekerja dan 6,88 juta orang
              menganggur.

              Adapun  dari  jumlah  orang  yang  bekerja,  sekitar  39,84  persen  di  antaranya  memiliki  status
              pekerjaan utama sebagai buruh atau karyawan atau pegawai.

              Pandemi  Covid-19  mengakibatkan  perekonomian  memburuk.  Pada  triwulan  11-2020,
              perekonomian  Indonesia  terkon-traksi  5,32  persen.  Sementara,  pada  triwulan  III-2020,
              pemerintah memperkirakan perekonomian RI tumbuh minus 2,9 hingga minus 1 persen.

              Krisis ekonomi dan resesi membuat sejumlah usaha memberlakukan pemutusan hubungan kerja
              (PHK) bagi karyawan atau merumahkan pekerja.

              Di  tengah  situasi  tidak  menentu  yang  berkepanjangan  ini,  pemerintah  tetap  melanjutkan
              pembahasan RUU Cipta Kerja.

              Rencana aksi mogok kerja nasional disuarakan sejumlah serikat buruh setelah pemerintah dan
              DPR selesai membahas seluruh kluster RUU Cipta Kerja, pekan lalu. Aksi mogok keija nasional
              akan digelar pada 6-8 Oktober 2020, menjelang dan pada saat rencana rapat paripurna DPR
              pengesahan RUU Cipta Kerja.

              Wakil  Ketua  Konfederasi  Persatuan  Buruh  Indonesia  (KPBI)  Jumisih,  Kamis  (1/10/2020),
              menyampaikan, kelompok pekerja sedang berkonsolidasi menyusun strategi untuk menyiapkan
              rencana aksi mogok itu.

              "Jika pemerintah tetap keras kepala dan sembunyi-sembunyi (membahas RUU), tidak ada cara
              lain selain memobilisasi massa secara besar-besaran," kata Jumisih saat dihubungi di Jakarta.

              Semula,  rencana  mogok  itu  disuarakan  pimpinan  konfederasi  dan  federasi  serikat  pekerja.
              Mereka yang menyatakan sikap untuk mogok, antara lain, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
              yang dipimpin Said Iqbal, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia yang dipimpin Yorrys
              Raweyai  dan  Andi  Gani  Nena,  serta  Gerakan  Kesejahteraan  Nasional  (Geka-nas)  yang
              beranggotakan 17 federasi.

              Said Iqbal memperkirakan, mogok kerja nasional akan diikuti kurang lebih 5 juta buruh dari
              ribuan  perusahaan  di  25  provinsi  dan  300  kabupaten/kota  serta  melibatkan  berbagai  sektor
              industri.
              Sikap untuk mogok itu berdasarkan penilaian serikat buruh bahwa perkembangan pembahasan
              RUU Cipta Kerja tetap merugikan hak pekerja. Beberapa isu krusial, yakni detail ketentuan masa
              kerja  dan  syarat  pekerja  kontrak  (PKWT)  masih  mengambang  dan  diserahkan  kembali  ke
              pemerintah. Hal lain yang disoroti adalah komponen upah minimum sektoral kabupaten (U M
              SK) yang hilang dari formula perhitungan upah.
                                                           35
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41