Page 73 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 02 OKTOBER 2020
P. 73

"Bahwa  proses  otopsi  dan  identifikasi  telah  selesai  dilakukan  terhadap  tujuh  jenazah  yang
              ditemukan," ujar Retno Marsudi ketika dikonfirmasi, Kamis (1/10/2020) di Jakarta.
              Menurut  Retno  jenazah  ketujuh  WNI  tersebut  akan  diterbangkan  ke  tanah  air  melalui  dua
              gelombang.

              "KJRI Johor Bahru akan memfasilitasi pemulangan jenazah tersebut ke tanah air pada tanggal 4
              dan 5 Oktober mendatang," imbuhnya.

              Dikatakan  Retno,  pemerintah  Indonesia  mendesak  untuk  adanya  penindakan  secara  hukum,
              terhadap pihak-pihak yang terlibat.

              "Kemlu telah meminta agar otoritas penegak hukum untuk mendalami isu ini dan membawa
              pihak yang bertanggungjawab ke meja hukum. Kejadian ini jika terus berlangsung akan sangat
              merugikan dan membahayakan keselamatan WNI," tegas Retno.
              Sedangkan, terkait sembilan WNI yang selamat saat ini berada di Detensi Tahanan Imigrasi dan
              dikawal oleh KJRI Johor Bahru.

              "Sebanyak sembilan WNI yang selamat saat ini sedang berada di Detensi Tahanan Imigrasi Setia
              Tropika. KJRI Johor Bahru akan terus melakukan pendampingan kekonsuleran untuk memastikan
              hak-haknya terpenuhi selama proses hukum di Malaysia," ucapnya lagi.

              Kementerian Luar Negeri RI menyatakan belasan WNI tersebut berasal dari Pulau Sumatera dan
              Jawa.

              Kepergian belasan WNI secara ilegal ke Malaysia di tengah pandemi COVID-19, menjadi refleksi
              dari keputusasaan untuk tetap bertahan hidup dengan keterbatasan ekonomi.

              Direktur  Ekesekutif  Migrant  CARE,  Wahyu  Susilo,  menilai  masih  ditemukannya  WNI  yang
              berkeinginan bekerja di Malaysia secara ilegal saat ini, erat kaitannya dengan kesulitan yang
              dihadapi di tengah pandemi COVID-19.
              "Pasti memang mereka kehilangan pekerjaan atau mereka yang dulu rencana berangkat apa
              ingin berangkat lagi," ujar Wahyu ketika dikonfirmasi RRI, Kamis (1/10/2020).

              Sayangnya, kondisi sulit di tengah pandemi COVID-19 dikatakan Wahyu, justru dimanfaatkan
              oleh  oknum-oknum  tidak  bertanggungjawab  untuk  memberikan  iming-iming  kesejahteraan
              bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.

              "Saya kira ini yang dimanfaatkan ya, peluang ini yang dimanfaatkan oleh sindikat perdagangan
              manusia  atau  oleh  para  penyelundup  manusia.  Juga  memanfaatkan  kelengahan  dan
              pengawasan pemerintah di perbatasan yang mungkin mereka lebih karena lebih semua daya
              upaya diarahkan untuk penanganan COVID-19," jelasnya.

              Menurut  Wahyu,  belum  lagi  kebijakan  pemerintah  terhadap  pengaturan  PMI  bekerja  di  luar
              negeri  yang  dinilai  tidak  tegas,  sehingga  memberikan  peluang  bagi  oknum  memanfaatkan
              situasi.


              "Nah,  di  akar  rumput  ini  terjadi  misalnya  calo  atau  petugas  lapangan  atau  para  sindikat
              pemerintah udah membuka, mereka pasti membawa KEPMEN yang memang pemerintah secara
              resmi ada membuka penempatan ini. Tapi kan, harus ada penjelasan yang lebih luas. Nah ini,
              yang salah satu implikasinya adalah masih ada perekrutan ilegal kemudian juga penempatannya
              ilegal, cara masuk tertentu juga ilegal melalui jalur-jalur tikus. Dan, dampaknya seperti yang
              terjadi itu. Padahal dibuka kembali itu sendiri sebenarnya dengan term and condition yang ketat
              dengan protokol yang bukan dan Malaysia bukan negara tujuan," papar Wahyu lagi.


                                                           72
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78