Page 74 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 02 OKTOBER 2020
P. 74

Guna  mencegah  kembali  terjadinya  upaya  penyelundupan  WNI  bekerja  sebagai  PMI
              undocumented atau ilegal di Malaysia, Wahyu menilai diperlukan adanya langkah-langkah konkrit
              yang dikeluarkan pemerintah, terutama dalam memastikan internal kementerian terkait bekerja
              maksimal.

              "Kemudian, juga BP2MI kemenaker itu juga harus melakukan evaluasi total pada masa jeda ini,
              pada kinerja PPTKIS atau P3MI sekarang ini ya. Saya tahu pada bulan ini Pak Benny Rhamdani
              (Kepala BP2MI) gembar-gembor tentang sindikat perdagangan melawan sindikat eksploitasi atau
              perdagangan manusia, seakan ga ada artinya dengan ada peristiwa seperti itu. Jadi, saya kira
              harus  ada  langkah-langkah  yang  konkrit  ketimbang  hanya  gembar-gembor  memberantas
              sindikat.  Tapi,  di  lapangan  ternyata  yang  terjadi  adalah  misalnya  kemarin  ada  bobol  sekitar
              ratusan udah bisa terbang lagi. Statusnya pasti undocumented sampai ke Dubai. Sekarang ini
              ada 5  orang yang meninggal dunia  di  Asia  di  Selat  Malaka, itu butuh perhatian  konkrit dari
              pemerintah," pungkasnya.

              Sementara, berdasarkan data migrant CARE dalam kurun waktu 2018 - 2019 terjadi peningkatan
              signifikan terhadap PMI yang meninggal ketika bekerja di wilayah Asia Pasifik.
              Dimana pada 2018 jumlah PMI yang meregang nyawa di kawasan Asia Pasifik sebanyak 106
              orang dan jumlahnya meningkat pada 2019 menjadi 167 orang.

              Meski, tidak merinci secara detail, namun data dari migrant CARE tersebut menyatakan kasus
              kematian PMI didominasi oleh mereka yang bekerja di Malaysia.

              Sebelumnya, Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani
              mengatakan, pemerintah membuka pengiriman PMI ke 14 negara tujuan di tengah adaptasi
              kebiasaan baru (New Normal) dengan sejumlah persyaratan.

              "Dimana ke 14 negara ini adalah satu tidak memberlakukan lockdown, yang menjadi kebijakan
              penempatan  dalam  negeri  negara-negara  tersebut.  Kedua,  negara-negara  tersebut  telah
              mengeluarkan satu kebijakan untuk menerima masuknya tenaga kerja asing ke negaranya. Jika,
              dua unsur atau syarat ini terpenuhi maka negara-negara itulah yang menjadi tujuan negara
              penempatan dari 88 ribu lebih pekerja atau calon PMI kita," terang Benny seperti dilansir Berita
              Satu yang tayang pada (5/8/2020).

              Benny  turut  menegaskan  pemeriksaan  PCR  diwajibkan  kepada  PMI  dengan  biaya  yang
              ditanggung negara.

              "Tidak boleh ada pembiayaan untuk pemeriksaan tes PCR yang dibebankan kepada calon pekerja
              migran Indonesia. Ini tentu membuktikan bahwa negara benar-benar hadir untuk meringankan
              biaya melalui pembebasan biaya tes PCR," imbuhnya.

              Sementara, 14 negara yang telah memperbolehkan tenaga kerja asing (TKA) masuk antara lain:
              Aljazair,  Australia,  Hongkong,  Korea  Selatan,  Kuwait,  Maladewa,  Nigeria,  Uni  Emirat  Arab,
              Polandia, Qatar, Taiwan, Turki, Zambia dan Zimbabwe.

              Melansir Tribunnews.com Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menyebut berdasarkan data
              dari BP2MI terdapat 88.973 calon Pekerja Migran Indonsia sudah terdaftar di SISKOP2MI (Sistem
              Komputerisasi  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia)  yang  siap  berangkat  dan  berpotensi
              menghasilkan devisa sekitar Rp 1.5 Triliun.

              "Berdasarkan  data  dari  Bank  Indonesia  jumlah  remitansi  pada  tahun  2019  sebesar  Rp.  160
              Triliun.  Hasil  survey  World  Bank  bekerjasama  dengan  Badan  Pusat  Statistik  Bank  Dunia
              diperkirakan ada sekitar 9 juta Pekerja Migran Indonesia di luar negeri. Merujuk pada kedua data
              tersebut,  maka  dari  88.973  Calon  Pekerja  Migran  Indonesia  berpotensi  menghasilkan  devisa
              sekitar Rp. 1.5 Triliun," ungkap Ida Fauziyah..
                                                           73
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79