Page 57 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 57
REVISI UMP DKI JAKARTA DIANGGAP TAK SESUAI ATURAN, INI YANG
DIKHAWATIRKAN PENGUSAHA
JAKARTA. Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merevisi penetapan upah minimum
provinsi (UMP) DKI Jakarta tahun 2022 mengundang keberatan pengusaha. Pengusaha menilai,
keputusan Anies tersebut tidak sesuai regulasi.
Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Kadin Indonesia, Adi Mahfudz Wuhadji
mengkhawatirkan keputusan Gubernur DKI Jakarta yang merevisi UMP 2022 akan diikuti oleh
pemerintah daerah (pemda) lainnya. Keputusan Gubernur DKI Jakarta juga dinilai membuat
kondisi kebijakan pengupahan nasional tidak kondusif.
"Implikasi inilah yang kami khawatirkan, ini berpikir Indonesia, tidak hanya di DKI Jakarta saja,"
ujar Adi dalam konferensi pers virtual, Senin (20/12).
Padahal, lanjut Adi, penetapan UMP DKI Jakarta 2022 yang ditetapkan pada November lalu
sudah sesuai formula yang terdapat dalam PP 36/2021 tentang Pengupahan. Penetapan UMP
DKI Jakarta 2022 pada November lalu juga sudah melibatkan tripartit yakni pemerintah,
pengusaha dan pekerja, termasuk didalamnya ahli.
Adi menyatakan, revisi UMP berdampak pada proyeksi dunia usaha dalam menjalankan bisnisnya
pada tahun 2022. Padahal, investor dan dunia usaha membutuhkan kepastian hukum, termasuk
dalam pengaturan UMP yang sesuai regulasi.
"Dampak revisi upah pada proyeksi dunia usaha di 2022 tentu sangat membingungkan, jadi
proyeksi kami cash flow in out-nya jadi enggak karu-karuan," ujar Adi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan,
Gubernur DKI Jakarta, telah melanggar regulasi pengupahan yang berlaku saat ini, terutama
Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2021 tentang Pengupahan. Yaitu pasal 26 mengenai
cara perhitungan upah minimum dan pasal 27 mengenai upah minimum propinsi.
Selain itu, revisi ini bertentangan dengan pasal 29 tentang waktu penetapan upah minimum yang
selambat-lambatnya ditetapkan pada tanggal 21 November 2021. "Di dalam PP 36/2021, kita
tidak mengenal perubahan (revisi UMP)," ucap Hariyadi.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara sepihak melakukan revisi UMP DKI Jakarta
2022 tanpa memperhatikan pendapat dunia usaha, khususnya Apindo DKI Jakarta yang menjadi
bagian dari Dewan Pengupahan Daerah sebagai unsur dunia usaha (pengusaha). Padahal,
Dewan Pengupahan Daerah terdiri dari unsur Tripartit yakni pemerintah, serikat pekerja/buruh
dan pengusaha.
"Dengan revisi UMP DKI Jakarta 2022 tersebut maka upaya untuk mengembalikan prinsip upah
minimum sebagai jaring pengaman sosial (JPS atau social safety net) bagi pekerja pemula tanpa
pengalaman tidak terwujud dan kembali menjadi upah rata-rata sehingga penerapan struktur
skala upah akan sulit dilakukan karena ruang/jarak antara upah minimum dengan upah diatas
upah minimum menjadi kecil," jelas Hariyadi.
Dihubungi secara terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, dalam PP
Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan, tidak ada ketentuan yang menyebutkan bahwa
pemerintah daerah dapat melakukan revisi penetapan UMP.
"Setahu saya aturan dalam PP 36/2021 sudah jelas. Daerah tidak punya ruang untuk mulur
mungkret," kata Ganjar kepada Kontan.co.id, Senin (20/12).
56