Page 56 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 AGUSTUS 2020
P. 56

BPJS Ketenagakerjaan, memiliki rekening bank yang aktif. Selanjutnya tidak termasuk dalam
              peserta penerima manfaat program Kartu Pekerja, bukan karyawan Badan Usaha Milik Negara
              (BUMN), dan bukan pegawai negeri sipil.

              Guna memastikan agar program BSU tepat sasaran, pemerintah tetap melakukan validasi ulang
              data  yang  disodorkan  BPJS  Ketenagakerjaan.  Hal  itu  penting  karena  dana  yang  bakal
              digelontorkan kepada karyawan swasta bersumber dari anggaran negara. Karena itu pihak BPJS
              Ketenagakerjaan meminta pemberi kerja atau perusahaan ikut proaktif menginformasikan data-
              data pekerja secara akurat sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pemerintah demi kelancaran
              pemutakhiran  data  peserta.  Dana  yang  dianggarkan  pemerintah  untuk  program  BSU  yang
              dijadwalkan mulai cair September nanti sebesar Rp37,74 triliun.

              Namun program BSU yang berada di bawah kendali Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker)
              ini mengundang sejumlah pertanyaan. Di antaranya mengapa masyarakat yang sudah bekerja
              itu justru yang mendapat bantuan sebesar Rp2,4 juta selama empat bulan? Sejatinya bukankah
              mereka  memiliki  penghasilan?  Rupanya  pemerintah  punya  alasan  sebagaimana  disampaikan
              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah. Menurutnya program BSU  menyasar kelas
              pekerja yang gajinya berkurang atau dipotong pemberi kerja atau perusahaan sebagai dampak
              pandemi korona (Covid-19) sehingga perlu dibantu.

              Pemerintah  meyakini,  agar  bantuan  kepada  karyawan  swasta  cepat  tersalurkan  dan  tepat
              sasaran, digunakanlah data BPJS Ketenagakerjaan. Pasalnya data tersebut dinilai paling akurat
              dan lengkap meski nantinya tetap divalidasi sebelum digunakan untuk menjamin data tepercaya.
              Semula pemerintah menetapkan penerimaan BSU sebanyak 13.870.496 orang, lalu ditingkatkan
              menjadi  15.725.232  orang.  Anggaran  yang  akan  disalurkan  pun  melebar  dari  Rp33,1  triliun
              menjadi Rp37,7 triliun.

              Penetapan  data  BPJS  Ketenakerjaan  untuk  menyalurkan  subsidi  kepada  karyawan  swasta
              sempat mengundang kabar bohong alias hoaks yang berkembang di media sosial. Calon peserta
              BSU  harus  mendaftarkan  diri  langsung  ke  kantor  BPJS  Ketenagakerjaan  dengan  membawa
              fotokopi  buku  tabungan  dan  kartu  kepesertaan  BPJS  Ketenagakerjaan.  Namun  kabar
              menyesatkan  itu  langsung  dibantah  pihak  BPJS  Ketenagakerjaan  bahwa  usulan  penerimaan
              bantuan  langsung  dari  pemberi  kerja  atau  perusahaan  sehingga  semua  data  terjamin
              keakuratannya dan bisa dipertanggungjawabkan.

              Kini timbul pertanyaan, bagaimana nasib pekerja yang tidak terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan?
              Diakui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, penyaluran bantuan kepada karyawan
              swasta yang bukan peserta BPJS Ketenakerjaan adalah sebuah tantangan tersendiri. Namun
              mantan  Direktur  Pelaksana  Bank  Dunia  itu  tidak  terlalu  khawatir,  sebab  pemerintah  telah
              meluncurkan beragam program bantu sosial (bansos) yang bisa diakses masyarakat. Pemerintah
              mengklaim dari berbagai rupa dan jenis program bansos, setidaknya terdapat 60 juta hingga 70
              juta masyarakat yang masuk kategori kelompok penerima.

              Langkah pemerintah yang "menyuntik" karyawan swasta bergaji di bawah Rp5 juta sebulan ini
              patut diapresiasi. Dalam pelaksanaannya kita berharap hal ini dapat berjalan baik tanpa menemui
              kendala berarti. Apalagi program ini juga mendapat sambutan hangat dari Konfederasi Serikat
              Pekerja  Indonesia  (KSPI).  Mereka  berpesan  agar  program  BSU  mendapat  pengawasan ketat
              sehingga  bisa  tepat  sasaran.  Permintaan  KSPI  ini  diamini  pemerintah  bahwa  pelakasanaan
              pengawasan program tersebut mendapat pendampingan dari pihak kepolisian, Kejaksaan Agung,
              Komisi  Pemberantasan  Korupsi  (KPK),  Badan  Pemeriksa  Keuangan  (BPK)  serta  Badan
              Pengawasan  Keuangan  dan  Pembangunan  (BPKP).  Ya,  jangan  buka  celah  terjadinya
              penyelewengan. (ras).




                                                           55
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61