Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 19

Yang terjadi di Indonesia, pandemi masih terus meruyak dengan skala penyebaran yang makin
              meluas.  Kondisi  ini  turut  mempengaruhi  kepercayaan  investor  terhadap  iklim  investasi  di
              Indonesia Dengan begitu, tidak ada urgensinya pengesahan beleid dilakukan secara tergesa-
              gesa dengan alasan menarik investasi.

              Selain faktor pandemi Covid-19, pengesahan UU Cipta Kerja yang memunculkan kegaduhan di
              tengah masyarakat juga bisa menghambat efektivitasnya dalam mengundang investor masuk ke
              Indonesia. "UU Cipta Kerja memunculkan kegaduhan yang luar biasa. Saya kira investor akan
              sangat berhati-hati," ungkap Direktur Riset Center of Reform on Economic (Core) Indonesia,
              Piter Abdullah.

              Kalaupun iklim investasi sudah benar-benar kondusif, kemampuan menyerap tenaga kerja juga
              diragukan  bila  melihat  tren  investasi  yang  masuk  Indonesia  belakangan  ini.  Pasalnya,  tren
              investasi  yang  masuk  ke  sektor  padat  karya  cenderung  menurun,  sehingga  kemampuannya
              menyerap tenaga juga kerja sangat minim.

              Ini terlihat dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) per Juli 2020, dari investasi Rp
              859,7 triliun hanya mampu menyerap 237.269 tenaga kerja lokal.

              Pasal-Pasal Kontroversial dalam Bab Ketenagkerjaan UU Cipta Kerja

              Pasal 81

              Pasal  81  angka  15  UU Cipta  Kerja  menghapus ketentuan  Pasal  59  ayat  (4)  Undang-Undang
              Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang jangka waktu perjanjian
              kerja  waktu  tertentu  (PKWT)  atau  pekerja  kontrak  maksimal  3  tahun.  Ketentuan  baru  ini
              berpotensi  memberikan  kekuasaan  dan  keleluasaan  bagi  pengusaha  untuk  mempertahankan
              status pekerja kontrak tanpa batas.

              Pasal 79

              - Hak pekerja mendapatkan hari libur dua hari dalam satu pekan yang sebelumnya diatur dalam
              UU  Ketenagakerjaan  dipangkas.  Ketentuan  ini  diatur  dalam  Pasal  81  UU  Cipta  Kerja  yang
              mengubah Pasal 79 UU Ketenagakerjaan. Pasal 79 ayat (2) huruf (b) UU Cipta Kerja mengatur,
              pekerja wajib diberikan waktu istirahat mingguan satu hari untuk enam hari kerja dalam satu
              pekan.

              -  Selain  itu,  Pasal  79  UU  Cipta  Kerja  juga  menghapus  kewajiban  perusahaan  memberikan
              istirahat panjang dua bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama enam tahun berturut-turut
              dan berlaku tiap kelipatan masa kerja enam tahun.

              Pasal 81

              -  Pasal  ini  menghapus  Pasal  91  UU  Ketenagakerjaan  yang  mengatur  tentang  sanksi  bagi
              pengusaha yang tidak membayarkan upah sesuai ketentuan.

              - Pasal 81 angka 58 UU Cipta Kerja juga menghapus Pasal 169 UU Ketenagakerjaan

              yang mengatur tentang hak pekerja/buruh mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja
              (PHK) jika merasa dirugikan oleh perusahaan.

              Pasal 88

              - Pasal 88 Ayat (3) yang tercantum pada dalam Bab Ketenagakerjaan UU Cipta Kerja hanya
              menyebut tujuh kebijakan pengupahan yang sebelumnya ada 11 dalam UU Ketenagakerjaan.




                                                           18
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24