Page 169 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 169
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) angkat suara menanggapi pernyataan Kepala Staf
Kepresidenan Moeldoko yang meyebut pihak yang menolak Undang-Undang Cipta Kerja susah
diajak bahagia.
Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI Kahar S Cahyono mengatakan, ketidakbahagiaan
kelompok buruh disebabkan karena banyak aspirasi yang disampaikan buruh tidak diakomodir
pemerintah dan DPR di dalam proses pembahasan UU tersebut.
SAAT BURUH TANGGAPI MOELDOKO YANG SEBUT PENOLAK UU CIPTA KERJA
SUSAH DIAJAK BAHAGIA
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) angkat suara menanggapi pernyataan Kepala Staf
Kepresidenan Moeldoko yang meyebut pihak yang menolak Undang-Undang Cipta Kerja susah
diajak bahagia.
Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI Kahar S Cahyono mengatakan, ketidakbahagiaan
kelompok buruh disebabkan karena banyak aspirasi yang disampaikan buruh tidak diakomodir
pemerintah dan DPR di dalam proses pembahasan UU tersebut.
"Itu yang membuat kita tidak bahagia, yang membuat kita bersedih hati. Kenapa aspirasi kaum
buruh terkait UU Cipta Kerja ini tidak terakomodir dengan baik," kata Kahar di Jakarta, Sabtu
(17/10/2020), seperti dilansir dari Kompas.tv.
Saat UU ini dibahas, KSPI telah meminta agar perlindungan terhadap buruh diprioritaskan.
Namun, hal itu justru tidak bisa dipenuhi oleh DPR dan pemerintah.
Ia pun menyinggung soal upah minimum sektoral kabupaten (UMSK) yang dihilangkan, serta
soal pembatasan pemberlakuan UMK di dalam UU tersebut. Selanjutnya, tidak adanya
pembatasan outsourcing untuk semua jenis pekerjaan.
"Bagaimana buruh bisa bahagia kalau outsourcing dibebaskan untuk semua jenis pekerjaan. UU
Cipta Kerja ini memperbolehkan hampir semua jenis pekerjaan outsourcing. Bagaimana mungkin
buruh bahagia dengan sistem kerja seperti itu?" ungkapnya.
Berikutnya, UU Cipta Kerja juga dinilai mengurangi hak buruh terkait pembatasan kontrak kerja.
Sebab, aturan terkait waktu kontrak kerja akan dihilangkan, bahkan jumlah pesangon buruh juga
akan dikurangi.
"Bagaimana buruh mau bahagia kalau aturan mengenai karyawan kontrak itu bisa membuat
dirinya dikontrak berulang-ulang seumur hidupnya, tanpa diangkat menjadi karyawan tetap,"
kata Kahar.
Selain itu, ia juga membantah pernyataan Moeldoko yang menyebut kelompok buruh tidak
memahami substansi UU Cipta Kerja secara menyeluruh. Menurut dia, sebagai bagian dari tim
teknis di dalam pembentukan UU tersebut, buruh sangat memahami isi di dalam UU Cipta Kerja.
Selain buruh, tim teknis itu juga diisi oleh perwakilan pengusaha.
168