Page 277 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 277

Ringkasan

              Pembahasan  dan  penyusunan  Rancangan  Undang-undang  (RUU)  Omnibus  Law  Cipta  Kerja
              dinilai sudah melibatkan partisipasi semua pihak, terutama kaum buruh dan pekerja. Bahkan,
              banyak  saran  dari  kelompok  pekerja  dan  buruh  sudah  diakomodasi  dalam  RUU  inisiatif
              pemerintah itu. Berdasar itu, pemerintah menyesali ada pihak yang menuding Omnibus Law itu
              lemah dalam pelibatan partisipasi publik.

              Sekretaris  Jenderal  Kementerian  Ketenagakerjaan  Anwar  Sanusi  mengatakan,  pembahasan
              dengan DPR RI dalam menyusun RUU Omnibus Law bahkan mencapai 64 kali pertemuan. Dalam
              konteks  ketenagarkerjaan,  pemerintah  juga  mendapat  mandat  untuk  melaksanakan  dan
              mengawal klaster ketenagakerjaan.



              KEMENAKER SEBUT PEMBAHASAN RUU CIPTA KERJA SUDAH LIBATKAN SEMUA
              PIHAK

              Pembahasan  dan  penyusunan  Rancangan  Undang-undang  (RUU)  Omnibus  Law  Cipta  Kerja
              dinilai sudah melibatkan partisipasi semua pihak, terutama kaum buruh dan pekerja. Bahkan,
              banyak  saran  dari  kelompok  pekerja  dan  buruh  sudah  diakomodasi  dalam  RUU  inisiatif
              pemerintah itu. Berdasar itu, pemerintah menyesali ada pihak yang menuding Omnibus Law itu
              lemah dalam pelibatan partisipasi publik.

              Sekretaris  Jenderal  Kementerian  Ketenagakerjaan  Anwar  Sanusi  mengatakan,  pembahasan
              dengan DPR RI dalam menyusun RUU Omnibus Law bahkan mencapai 64 kali pertemuan. Dalam
              konteks  ketenagarkerjaan,  pemerintah  juga  mendapat  mandat  untuk  melaksanakan  dan
              mengawal klaster ketenagakerjaan.

              "Prosesnya kami selalu melibatkan berbagai serikat pekerja dan buruh. Kami mencatat ada 9 kali
              pertemuan yang kami lakukan, tim Tripartit antara Apindo, kemudian ada serikat pekerja dan
              serikat buruh," kata Anwar dalam diskusi virtual, Sabtu (17/10).

              Anwar menekankan aspek demokrasi menjadi dasar dalam membahas RUU Omnibus Law itu.
              Karena  itu,  pemerintah  menyadari  ada  perbedaan  pendapat  antara  yang  setuju  dan  tidak
              mengenai  pembahasan  klaster  tenaga  kerja.  Namun,  Anwar  mengingatkan,  Kementerian
              Ketenagakerjaan sudah memperjuangkan setiap aspirasi buruh.

              "Dalam dialog ada yang memang kita proses memberi, tetapi juga harus menerima. Sehingga
              dengan begini Kementerian Ketenagakerjaan berdiri di dua sisi, satu sisi memang memberikan
              perlindungan yang optimal agar yang namanya pekerja, buruh terlindungi. Namun demikian kita
              juga harus memperhatikan aspek yang lain," tuturnya.

              Menurutnya, RUU Omnibus Law yang sudah disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu menjadi UU
              bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Hal ini melihat penduduk usia kerja
              produktif Indonesia yang mencapai 197,91 juta. Sementara angka pekerja yang tidak penuh
              atau  pengangguran  mencapai  45,84  juta  orang.  Angka  ini  terus  bertambah  setiap  tahun
              mengingat datangnya tenaga kerja baru.

              "Ini adalah mengapa RUU ini dinamakan Cipta Kerja. Artinya kita butuh investasi, tetapi saat
              bersamaan kita bagaimana merespons menciptakan berbagai peluang pekerjaan," kata Anwar.

              Anwar  juga  mencatat  ada  beberapa  penolakan  buruh  terkait  isu  tenaga  kerja  asing  (TKA).
              Namun, Anwar mengingatkan bahwa UU Omnibus Law sama sekali tidak memberikan ruang
              kepada TKA untuk masuk. TKA yang masuk hanya boleh memiliki kompetensi khusus yang tidak
              dimiliki tenaga Indonesia dan terikat dalam waktu.

                                                           276
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282