Page 38 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 38

"Saya sendiri mengatakan kepada setiap kesempatan, ini bukan masalah. Kebutuhan hukum kita
              kan sudah seharusnya dalam tingkatan modernisasi tapi saya bingung kenapa langsung menolak
              dan menolak, ada apa ini? Tetapi saya yakin kita intelektual semua," tegas Ade Irwansyah, salah
              satu  pimpinan  organisasi  buruh  saat  jumpa  pers  j  umpa  pers  "RUU  Omnibus  Law:  Langkah
              Menuju Percepatan dan Akselerasi Ekonomi Sosial" di'Jakarta, beberapa waktu lalu.

              Tidak hanya itu. Wadir IMNI Sudirman Manalu bersama berbagai elemen mahasiswa dan pemuda
              di-antaranya BEM se-DKl, SPMI dan IMNI menyatakan sikap siap mengawal dan mendukung UU
              Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. Pasalnya, UU Sapu jagat ini bakal mendorong industri padat
              karya yang banyak menyerap lapangan kerja.

              Untuk  itu,  menurut  dia,  pihak  berkepentingan  (kelompok  buruh)  untuk  tidak  melakukan
              penggiringan opini seolah-olah Omnibus Law adalah suatu momok yang menakutkan. Jikapun
              terdapat  pasal  yang  dianggap  merugikan  publik,  agar  mengajukan  gugatan  atau  Judicial
              Review," ujarnya.

              Artinya, kita harus mengapresiasi pemerintah dan DPR-RI dalam membahas UU Omnibus Law,
              dan  jangan  menggiring  opini  seakan-akan  PP  turunan  Omnibus  Law  adalah  momok  yang
              menakutkan bagi tenaga kerja Indonesia.

              Kiranya sudah sangat baik setiap stakeholder yang berperan dalam pembahasan Omnibus Law,
              termasuk yang menginisiasinya, wajar mendapatkan apresiasi. Apalagi negara Indonesia adalah
              negara hukum dan negara demokrasi, maka sebaiknya pembahasan PP turunan UU Omnibus
              Law  membuka  ruang  dialog  dan  partisipasi  pubiikyang  luas,  agar  tidak  ada  "pasal-pasal
              selundupan" dalam PP nanti.

              Bagaimanapun,  pengarusutamaan  dialog  dan  partisipasi  publik,  bukan  dalam  bentuk  aksi
              unjukrasa terhadap UU inisangat penting, karena Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19.
              Untuk itu, dialog, diskusi dan kegiatan mengkritisi secara ilmiah serta konstruktif terkait UU ini
              merupakan  pilihan  logis,  moderat,  modern  dan  beradab  dibandingkan  menggelar  aksi-aksi
              tekanan massa di tengah pandemi Covid 19.
              Hindari kegiatan demo atau unjuk rasa di jalanan kemungkinan dapat berimplikasi hukum seperti
              dibubarkan paksa oleh aparat dan pelakunya dihukum, karena sebelumnya sudah ada maklumat
              Kapolri. Ini tentu akan semakin memperburuk kondisi perekonomian, karena diakui atau tidak,
              PHK massal bisameng-hantui kalangan buruh, sehingga lebih baik mereka berdedikasi dengan
              bekerja secara baik di lokasi kerja masing-masing ketimbang menggelar aksi unjuk rasa atau
              tekanan massa lainnya.

              Intinya, jangan sampai kelompok buruh dan BEM dipolitisasi dan dikapitalisasi oleh kelompok
              kepentingan tertentu, dibalik penolakan UU Omnibuslaw.

              Selain  itu,  kalangan  DPR-RI  juga  harus  transparan  dalam  membahas  turunannya  (PP)  yang
              sensitif ini, agar UU Orimibus Law benar-benar bukan momok yang menakutkan.

















                                                           37
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43