Page 426 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 426

"Pasal  di  UU  Ketenagakerjaan  itu  hilang,  kalau  begitu  dampaknya  karyawan  bisa  dikontrak
              berulang-ulang seumur hidup," kata Kahar kepada BBC News Indonesia saat dihubungi lewat
              telepon, Kamis (15/10).

              Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia Elly Rosita Silaban menjelaskan Pasal 66
              dalam Undang-Undang Cipta Kerja tidak jelas menerangkan jenis pekerjaan yang bisa diserahkan
              kepada perusahaan alih daya.

              Sementara di Undang-Undang Ketenagakerjaan, setidaknya ada lima jenis pekerjaan yang bisa
              dialih  dayakan  seperti  sopir,  petugas  kebersihan,  sekuriti,  katering,  dan  jasa  migas
              pertambangan.

              "Dampaknya  pekerja  alih  daya  dapat  digunakan  untuk  melaksanakan  kegiatan  pokok  atau
              kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi. Ini yang kami kritisi sehingga nantinya
              tidak ada tanggung jawab perusahaan pemberi kerja," imbuh Elly Rosita.

              Pasal 88C dan 88D yang mengatur tentang upah dalam Undang-Undang Cipta Kerja, kata Elly,
              menghilangkan aturan mengenai penetapan Upah Minimum Sektoral.

              Sementara penetapan Upah Minimum Kota/Kabupaten bisa dilakukan dengan syarat.

              "Upah  sektoral  itu  kita  ingin  tetap  ada,  karena  itulah  yang  membedakan  pekerja  yang  di
              perusahaan risiko tinggi dan rendah," kata Elly.

              "Lalu gubernur dapat menetapkan UMK dengan syarat tertentu. Itu artinya tidak mengikat atau
              bisa tidak dilakukan. Ini yang kita kalau kita tidak teliti bisa terkecoh."Formula pengupahan juga
              menurutnya, merugikan lantaran komponen hitungannya hanya satu saja antara pertumbuhan
              ekonomi atau inflasi. Sementara di Undang-Undang Ketenagakerjaan, dua komponen itu masuk
              dalam menghitung besaran upah.
              Pasal 156 Undang-Undang Cipta Kerja yang mengatur tentang pesangon menghilangkan frasa
              "paling  sedikit".  Sehingga  perusahaan,  kata  Elly,  bisa  mengurangi  besaran  pesangon  yang
              semestinya diterima buruh.

              "Perubahan ini mengandung makna buruh tidak lagi mendapat hak pesangon melebihi dari apa
              yang diatur pada pasal 156."Selain itu, ia juga mencatat, dihapusnya pasal 162 sampai 167
              mengakibatkan  buruh  yang  dianggap  melakukan  pelanggaran  tanpa  ada  peringatan  oleh
              perusahaan, bisa diberhentikan tanpa mendapat pesangon.
              Persoalan lain, pekerja yang mengundurkan diri tidak mendapat uang penggantian hak. Pun,
              pekerja yang diberhentikan akibat merger tidak mendapat pesangon dua kali upah tapi hanya
              satu kali.

              "Kemudian pekerja yang di PHK akibat adanya efisiensi tidak lagi mendapat pesangon dua kali
              ketentuan, tapi hanya satu kali. Yang meninggal juga tidak mendapat ketentuan dua kali upah,
              tapi  satu  kali.  Pekerja  pensiun  juga  tidak  mendapat  32  kali  upah,  tapi  hanya  25  kali  upah.
              Bahkan,  buruh  yang  perusahaan  pailit  tidak  mendapat  pesangon.  UU  MK  yang  baru  bisa
              menurunkan daya kritis hakim konstitusi Pakar Hukum Tata Negara dari Sekolah Tinggi Hukum
              Indonesia  Jentera  Bivitri  Susanti  mengatakan  permohonan  judicial  review  ke  Mahkamah
              Konstitusi ada dua jenis yakni formil dan materil.

              Kalau  uji  materil,  maka  organisasi  buruh  harus  menguraikan  sejumlah  pasal  yang  dinilai
              bermasalah itu kemudian mendalilkannya pada pelanggaran terhadap Undang-Undang Dasar
              1945.




                                                           425
   421   422   423   424   425   426   427   428   429   430   431